Refleksi...
SKENARIO JIN IFRID
Kepala daerah muslim satu persatu di giring oleh KPK ke jeruji besi. Mereka di intai berbulan bulan, sampai mereka lengah. Pada saat mereka lengah, tanpa ampun langsung di OTT. Kemudian mereka diekspose di media Televisi berhari hari.
Pemimpin muslim yang hampir tidak pernah salah dalam kebijakan, sehingga tidak ada celah KPK untuk meng OTT mereka. Cara lainpun dilakukan. Pasukan lain bekerja untuk merusak reputasi mereka. Baik buzzer buzzer yang terus menerus menyinyiri mereka.
Ahmad Heryawan ketika menjabat gubernur jawa barat terus menerus digempur, dicari-cari kesalahannya, diulek-ulek masa lalunya. Pendek kata setia kebijakannya yang baik harus di tutupi ke publik dengan tidak meliputnya. Dengan prestasi hebat di jawa barat, Aher tida bisa bersinar karena tidak ada media yg memberitakan dirinya.
Edy Rahmayadi di Sumatera utara, jika dia marah di ekspose oleh media berhari hari. Buzzer terus menerus mengais-ngais kelemahannya. Padahal dari pandangan yang jerinih, beliau seorang pemimpin yg baik.
Sekarang giliran Anis Baswedan yang digempur mati-matian. Setiap ada masalah di Jakarta, Anis harus selalu salah. Prestasinya yang gemilang ditutupi dengan cara tidak mengekspose dirinya di media-media mainstreem. Buzzer-buzzer tak henti nyiyirin dirinya.
Terbaru di kasus kerusuhan 22 mei, pasukan Brimob yang menembaki warga Jakarta, nota bene warga Anis. Bahkan ada kelompok yang mengerahkan massa bayaran. Tetapi sekelompok orang malah ramai-ramai menyalahkan Anis. Bahkan tagar turunkan Anis sampai ribuan.
Kenapa bukan Kapolri yang disuruh turun? Pengamanan unjuk rasa adalah tanggung jawabanya. Kenapa bukan menkopolhukam yang disuruh turun? Dia penanggungjawab keamanan. Kenapa massa bayaran itu tidak diekspose? Sampai sekarang otak penggeraknya tak tentu juntrungannya.
Ada pemimpin dari Indonesia timur, atau pemimpin dari kelompok mereka yang di ekspose keburukannya? Tidak ada ceritanya yang begituan. Yang mereka ekspose adalah kehebatannya walaupun terlihat konyol. Ada yang ngatur lalu lintaslah, ada yang marah-marah ke petugaslah, ada yg naik sepedalah.
Ada kelompok JIN IFRID di Indonesia yang ingin membuat gambar menurut kemauan mereka. Mereka mencoba menggambarkan pemimpin muslim itu korup, tidak becus, tidak cakap, tidak punya visi, tidak punya leadership. Tidak pantas untuk memimpin indonesia kedepan.
Gambar itu secara terus-menerus di cekoki ke publik. Sampai publik yakin bahwa pemimpin muslim itu tidak cakap. Pada akhirnya mereka tidak percaya lagi ada pemimpin muslim yang mampu memimpin di negara ini. Kemudian di hembuskan jargon "Buat apa pemimpin muslim tapi korup, mending pemimpin non muslim tapi bersih". Masih ingat jargon itu dihembuskan di pilkada mana?
Setelah umpan mengena, mereka pun menghadirkan pemimpin non muslim yang sudah disetting tegas, berwibawa, bersih, mampu memimpin. Media televisi siang malam meliputnya sampai kegiatan paling sepele sekalipun. Bila perlu batukpun diliput. Tuh .. Batuknya berwibawa. Rakyatpun dengan lugu mengelu-elukan si pemimpin tipuan itu.
Padahal Tujuan kelompok Jin Ifrid itu adalah untuk menguasai Indonesia. Mengarahkan muslim ke kursi penonton, bukan pemain. hanya sebagai target untuk mendapatkan suara saja.
Gambaran pemimpin yang diekspose siang malam oleh televisi itu didepanmu adalah sampah. Mereka ingin sampah itu anda percayai sebagai barang berharga. Barang yang sebenarnya berharga mereka sajikan seolah-olah sampah di depanmu.
sumber: FB Yudi Mas Bram
#MuslimUnited
#MariBerjamaah
0 komentar:
Posting Komentar