[iklan]

Chocolicious telah menunjukkan komitmennya pada ketentuan syariah

*Pelajaran dari Chocolicious*

Anda suka cake coklat ? Bagi anda penggemar berat cake coklat dan juga aktif di instagram tentu nama Chocolicious mungkin sudah tidak asing lagi. Meskipun lokasi tokonya ada di Makassar, Chocolicious sempat membuat heboh di medsos dan menjadi viral ketika akhir Desember 2017 lalu memposting sebuah pesan ke pelanggannya via instagram. Begini bunyi pesannya :

"Dengan segala kerendahan hati dan segala hormat. Sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

"Kami dari Chocolicious Indonesia belum bisa memberikan atau menyediakan tulisan ucapan selamat Natal dan semisalnya.

"Bukan berarti kami tidak menghargai agama mas/mba. Akan tetapi dengan segala hormat inilah yang harus kami jalankan dari prinsip agama kami.

"Sekali lagi kami mohon maaf dari hati kami yang paling tulus dan rasa saling menghormati dan menghargai sebagai anak bangsa Indonesia,..."
Begitulah caption yang ditulis oleh admin Instagram Chocolicious Indonesia.

Sontak saja pesan itu membuat heboh, pro dan kontra pun terjadi. Jaminan sertifikat halal dari MUI yang telah dikantongi Chocolicious seolah tidak ada artinya dibenak pada sebagian konsumen muslim. Mereka menganggap sikap itu intoleran, dan akhirnya perang ‘bintang’ tak bisa dihindari. Akibatnya, akun instagram Chocolicious sempat mendapat ‘satu bintang’ dari netizen yang nyinyir, meskipun akhirnya perang ‘bintang’ berakhir manis. Chocolicious kembali memperoleh kepercayaan dari pencintanya yang sebagian besar muslim, ‘lima bintang’ kembali untuknya.

Memang sempat ada yang mempertanyakan perubahan sikap dari Chocolicious. Ketika perayaan valentine dan imlek lalu, Chocolicious masih mau memberi ucapan. Mengapa ketika Natal menjadi beda sikapnya. Manager marketing Chocolicious, Sari Narulita Said memberi penjelasan bahwa pihaknya belum mengetahui lebih dalam terkait hukum memberikan ucapan 'selamat' dalam agama Islam, namun setelah tahu aturan Islam maka prinsip itulah yang dijalankan. Jadi, pihaknya bukan tidak menerapkan sikap toleransi antar agama. Namun, Chocolicious Indonesia hanya berusaha untuk tetap menaati aturan dalam agama Islam.

Itulah fakta yang terjadi pada Chocolicious. Tentu banyak pelajaran yang kita ambil dari kejadian tersebut. Bagi seorang muslim,khususnya para pengusaha, keterikatan terhadap hukum syara’ adalah sesuatu hal yang tidak bisa ditawar, harga mati ! Karena iman memang tidak cukup hanya diucapkan tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Berbisnis harus dengan dasar keimanan.

Diantara pelajaran yang bisa kita ambil adalah sebagai berikut :

Keteguhan dalam menjalankan prinsip yang telah ditetapkan syariah. Apa yang dilakukan Chocolicious telah menunjukkan komitmennya pada ketentuan syariah. Apapun akibatnya, Chocolicious tetap keukeuh untuk menyampaikan pesannya. Meskipun nama Chocolicious sempat mau jatuh ketika terjadi perang ‘bintang’, tetapi hal itu tidak membuat goyah pendirian manajemennya. Keteguhan inilah yang patut dicontoh, karena masih ada pengusaha muslim yang bersikap pragmatis yang mengedepankan keuntungan daripada ketentuan syariah. Padahal bisnis itu tidak sekedar untung rugi, tetapi surga atau neraka.

Ketika sudah mengambil pilihan sikap, maka apapun resikonya harus diterima. Memang hasil akhir perang ‘bintang’ berakhir manis dan pelanggan Chocolicious tetap loyal. Setelah kejadian tersebut diberitakan bahwa omset Chocolicious malah meningkat, bahkan ada yang langsung pesan untuk anak yatim senilai 10 juta. Luar biasa ! Itu membuktikan bahwa rizqi itu memang pemberian dari Allah. Akan tetapi bagaimana kalau kenyataannya lain, prinsip syariah sudah dipegang, tapi omzet menurun atau malah gulung tikar. Mungkinkah ? Bisa jadi, karena saat itulah Allah sedang menguji hambaNya, apakah dia tetap konsisten dengan syariat ketika rizqinya disempitkan atau tidak. Kalau dia tetap istiqomah, maka disamping mendapat pahala atas kesabarannya, insya Allah dia juga akan mendapatkan balasan atau jalan keluar yang lebih baik.

Peran negara yang tidak berpihak pada Islam dan umatnya. Sejak adanya kasus penistaan agama, maka sering kali terjadi ketika seorang muslim yang mengekspresikan ketentuan syariat Islam, maka selalu mendapat stigma buruk. Label intoleransi, radikal, atau tidak menghormati keberagaman selalu melekat pada muslim yang taat. Seolah mengatakan bahwa islam inilah biang intoleransi dan perpecahan, oleh karena itu harus dijauhkan dari kehidupan. Sebagian kaum muslim termakan propaganda ini, terbukti tidak sedikit kaum muslim yang ikut nyinyir apabila ada saudaranya yang berhijrah atau ingin sungguh-sungguh dalam bersyariah, contohnya yang menimpa Chocolicious. Oleh karena itu, seharusnya hal ini menjadi perhatian kita untuk tetap istiqomah dan bersama-sama berjuang agar Islam bisa tegak kembali dalam kehidupan. Karena tanpa Islam, maka kehidupan kita pasti akan semakin suram !

Itulah sekilas pelajaran yang bisa kita ambil. Tidak menutup kemungkinan hal itu juga akan menimpa pada bisnis anda. Kuncinya, hanya dengan berpegang teguh pada syariat sajalah bisnis anda bisa menjadi berkah, jangan ragu !

Bagaimana bisnis anda hari ini ? semoga selalu mendapat berkah, aamiin.

Terkait :

0 komentar


0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Arsitektur dan Konstruksi

 

Bersama Belajar Islam | Pondok OmaSAE: Bersama mengkaji warisan Rasulullah saw | # - # | Pondok OmaSAE : Belajar Agama via online


Didukung oleh: Suwur - Tenda SUWUR - OmaSae - Blogger - JayaSteel - Air Minum Isi Ulang - TAS Omasae - Furniture - Rumah Suwur - Bengkel Las -

- -
- : -
:

-