[iklan]
--

Makna dan Analisis Gramatikal Kalimat: “اَلْجِهَازُ الإِدَارِيُّ أُسْلُوبُ إِدَارَةٍ وَلَيْسَ حُكْمًا”


Dalam kajian bahasa Arab, setiap harakat memiliki fungsi penting yang menentukan makna dan kedudukan kata dalam sebuah kalimat. Salah satu contoh yang menarik untuk dipelajari adalah kalimat “اَلْجِهَازُ الإِدَارِيُّ أُسْلُوبُ إِدَارَةٍ وَلَيْسَ حُكْمًا” yang berarti “Perangkat administratif adalah cara pengelolaan, bukan pemerintahan.”
Kalimat ini sering digunakan dalam konteks administrasi pemerintahan Islam untuk membedakan antara fungsi manajerial (idārah) dan fungsi kekuasaan (ḥukm). Dalam artikel ini, kita akan membedah harakat lengkap serta alasan tata bahasa (i‘rab) di balik setiap kata, agar pembaca memahami bukan hanya arti, tetapi juga struktur kebahasaan yang melandasinya.

 

Berikut harakat lengkap untuk teks Arab :

النَّصُّ بِالتَّشْكِيلِ:

اَلْجِهَازُ الإِدَارِيُّ أُسْلُوبُ إِدَارَةٍ وَلَيْسَ حُكْمًا.


Penjelasan Harakat:

  1. اَلْجِهَازُ (al-jihāzu)

    • الـ = al- (kata sandang definitif).

    • جِهَاز berasal dari akar ج-ه-ز (menyiapkan, peralatan).

    • Diberi dhammah (ـُ) di akhir karena berfungsi sebagai mubtada’ (subjek kalimat nominal).

  2. الإِدَارِيُّ (al-idāriyyu)

    • Bentuk nisbah (kata sifat) dari إدارة (pengelolaan).

    • Berakhiran ـيٌّ (nisbah, bermakna “yang bersifat administratif”).

    • Diberi dhammah (ـُ) karena menjadi na‘t (sifat) yang mengikuti mubtada’ dalam i‘rabnya (marfū‘).

  3. أُسْلُوبُ (uslūbu)

    • Artinya “cara” atau “metode”.

    • Diberi dhammah (ـُ) karena menjadi khabar (predikat) dari al-jihāzu.

  4. إِدَارَةٍ (idāratin)

    • Berarti “pengelolaan” atau “manajemen”.

    • Diberi kasrah tanwīn (ـٍ) karena menjadi mudāf ilayh (kata yang diidhafahkan kepada uslūb), dan mudāf ilayh selalu majrūr.

  5. وَلَيْسَ (wa laisa)

    • وَ = dan.

    • لَيْسَ = bukan (fi‘l nāqis yang berfungsi meniadakan predikat nominal).

    • Laisa biasanya diikuti dengan ism laisa (subjeknya) dan khabar laisa (predikat yang dinafikan).

  6. حُكْمًا (ḥukman)

    • Dari akar ح-ك-م (mengatur, memutuskan).

    • Diberi fathah tanwīn (ـً) karena menjadi khabar laisa yang mansūb (berharakat fathah).


Makna keseluruhan:

“Perangkat administratif adalah cara pengelolaan, bukan pemerintahan (kekuasaan).”

Kalimat ini menegaskan bahwa al-jihāz al-idārī bukanlah lembaga penguasa, melainkan sekadar sistem atau metode pengelolaan urusan administrasi.

 

Berikut daftar istilah penting yang digunakan dalam analisis kalimat “اَلْجِهَازُ الإِدَارِيُّ أُسْلُوبُ إِدَارَةٍ وَلَيْسَ حُكْمًا”, lengkap dengan penjelasannya:


🧭 Daftar Istilah dan Penjelasannya

1. اَلْجِهَازُ (al-jihāzu)

  • Akar kata: ج-ه-ز

  • Makna dasar: perangkat, alat, atau sistem.

  • I‘rab: mubtada’ (subjek) — marfū‘ dengan dhammah (ـُ) di akhir.

  • Fungsi: menunjukkan topik utama dari kalimat, yaitu “perangkat administratif”.


2. الإِدَارِيُّ (al-idāriyyu)

  • Akar kata: د-و-ر

  • Bentuk: nisbah dari kata إدارة (pengelolaan).

  • Makna: administratif, yang bersifat manajerial.

  • I‘rab: na‘t (sifat) dari al-jihāzu, sehingga mengikuti i‘rab-nya (marfū‘).

  • Fungsi: menjelaskan jenis perangkat — bahwa yang dimaksud adalah perangkat administratif.


3. أُسْلُوبُ (uslūbu)

  • Akar kata: س-ل-ب

  • Makna: cara, metode, atau gaya.

  • I‘rab: khabar mubtada’ (predikat), marfū‘ dengan dhammah (ـُ).

  • Fungsi: menerangkan bahwa perangkat administratif adalah suatu “cara”.


4. إِدَارَةٍ (idāratin)

  • Akar kata: د-و-ر

  • Makna: pengelolaan, manajemen, atau tata kelola.

  • I‘rab: mudāf ilayh (kata yang diidhafahkan kepada uslūb), majrūr dengan kasrah (ـٍ).

  • Fungsi: menjelaskan jenis cara atau metode yang dimaksud, yaitu cara pengelolaan.


5. وَ (wa)

  • Jenis: huruf ‘athaf (kata sambung).

  • Makna: dan.

  • Fungsi: menghubungkan dua bagian kalimat (antara “أُسْلُوبُ إِدَارَةٍ” dan “لَيْسَ حُكْمًا”).


6. لَيْسَ (laysa)

  • Jenis: fi‘l nāqis (kata kerja tidak sempurna).

  • Makna: bukan.

  • Fungsi: meniadakan hubungan antara subjek dan predikat nominal.

  • Ciri khusus: laysa memiliki ism (subjeknya) dan khabar (predikat yang dinafikan).


7. حُكْمًا (ḥukman)

  • Akar kata: ح-ك-م

  • Makna: pemerintahan, kekuasaan, atau keputusan hukum.

  • I‘rab: khabar laisa, mansūb dengan fathah (ـً).

  • Fungsi: menunjukkan hal yang dinafikan — bahwa perangkat administratif bukanlah pemerintahan.


📚 

Kalimat ini secara gramatikal adalah jumlah ismiyyah (kalimat nominal) yang diawali dengan mubtada’ dan khabar, lalu disusul dengan penafian melalui laysa.
Maknanya menegaskan pemisahan antara fungsi administrasi dan fungsi kekuasaan — bahwa administrasi hanyalah cara pengelolaan, bukan bentuk pemerintahan itu sendiri. 

Melalui analisis nahwu dan sharaf, kita dapat memahami bahwa setiap harakat dan bentuk kata dalam bahasa Arab memiliki peran makna yang sangat presisi. Kalimat “اَلْجِهَازُ الإِدَارِيُّ أُسْلُوبُ إِدَارَةٍ وَلَيْسَ حُكْمًا” bukan sekadar rangkaian kata, melainkan struktur yang tersusun dengan aturan gramatikal yang ketat. Dari sisi nahwu, kita melihat hubungan antara mubtada’, khabar, dan laysa yang membentuk makna penegasan sekaligus penafian. Sementara dari sisi sharaf, bentuk-bentuk seperti الإداريّ (nisbah), إدارة (masdar), dan حكمًا (isim manshub) menunjukkan kekayaan derivasi kata dalam bahasa Arab yang mampu menggambarkan konsep manajemen dan pemerintahan secara halus namun tegas. Pemahaman mendalam terhadap nahwu dan sharaf seperti ini bukan hanya membantu dalam membaca teks Arab dengan benar, tetapi juga membuka jalan untuk memahami pesan maknawi yang tersimpan di balik susunan katanya.

 

Berikut tabel lengkap berisi istilah nahwu dan sharaf yang digunakan dalam pembahasan kalimat
“اَلْجِهَازُ الإِدَارِيُّ أُسْلُوبُ إِدَارَةٍ وَلَيْسَ حُكْمًا” beserta penjelasannya:


📘 Tabel Istilah Nahwu dan Sharaf

No. Istilah Kategori Penjelasan / Fungsi dalam Tata Bahasa Arab
1 نَحْو (Nahwu) Ilmu bahasa Ilmu yang membahas kedudukan kata dalam kalimat dan tanda akhir (harakat) yang berubah sesuai fungsinya. Fokusnya pada struktur kalimat.
2 صَرْف (Sharaf) Ilmu bahasa Ilmu yang mempelajari bentuk asal dan perubahan kata dari akar (جذر) untuk mengetahui makna dan jenisnya (fi‘l, ism, dsb).
3 جُمْلَة اِسْمِيَّة (Jumlah Ismiyyah) Jenis kalimat Kalimat yang diawali oleh kata benda (isim), biasanya terdiri dari mubtada’ dan khabar.
4 مُبْتَدَأ (Mubtada’) Unsur kalimat Subjek dalam kalimat nominal. Biasanya marfū‘ (berharakat dhammah). Contoh: اَلْجِهَازُ (perangkat).
5 خَبَر (Khabar) Unsur kalimat Predikat yang menjelaskan mubtada’. Biasanya marfū‘ juga. Contoh: أُسْلُوبُ (cara/metode).
6 نَعْت (Na‘t) Unsur kalimat Kata sifat yang mengikuti kata benda (ma‘nūt) dalam i‘rab, jenis, dan definiteness. Contoh: الإِدَارِيُّ menjelaskan اَلْجِهَازُ.
7 إِضَافَة (Idhāfah) Struktur gramatikal Hubungan kepemilikan antara dua kata benda: kata pertama disebut mudāf, kata kedua disebut mudāf ilayh. Contoh: أُسْلُوبُ إِدَارَةٍ (cara pengelolaan).
8 مُضَاف (Mudāf) Unsur iḍāfah Kata pertama dalam susunan idhāfah yang tidak boleh menerima tanwīn. Contoh: أُسْلُوبُ.
9 مُضَاف إِلَيْهِ (Mudāf Ilayh) Unsur iḍāfah Kata kedua dalam susunan idhāfah, biasanya majrūr (berharakat kasrah). Contoh: إِدَارَةٍ.
10 حَرْف عَطْف (Ḥarf ‘Aṭf) Huruf sambung Kata penghubung seperti وَ (dan) untuk menggabungkan dua unsur kalimat.
11 فِعْل نَاقِص (Fi‘l Nāqiṣ) Jenis fi‘l Kata kerja yang tidak sempurna, seperti لَيْسَ, yang berfungsi meniadakan hubungan antara subjek dan predikat nominal.
12 اِسْم لَيْسَ (Ism Laysa) Unsur fi‘l nāqiṣ Subjek dari laysa, biasanya marfū‘ (berharakat dhammah). Dalam kalimat ini dihapus karena dipahami dari konteks.
13 خَبَر لَيْسَ (Khabar Laysa) Unsur fi‘l nāqiṣ Predikat dari laysa, berstatus mansūb (fathah). Contoh: حُكْمًا.
14 مَرْفُوع (Marfū‘) Status i‘rab Kata yang berharakat dhammah (ـُ), biasanya berfungsi sebagai subjek atau predikat nominal.
15 مَنْصُوب (Mansūb) Status i‘rab Kata yang berharakat fathah (ـَ), biasanya menjadi objek atau khabar laysa.
16 مَجْرُور (Majrūr) Status i‘rab Kata yang berharakat kasrah (ـِ), biasanya karena didahului oleh huruf jar atau menjadi mudāf ilayh.
17 تَنْوِين (Tanwīn) Tanda baca Penambahan dua harakat (ــٌ، ــٍ، ــً) di akhir kata untuk menunjukkan indefiniteness (ketidakpastian).
18 نِسْبَة (Nisbah) Bentuk sharaf Penambahan akhiran ـيٌّ pada kata benda untuk menunjukkan sifat atau hubungan. Contoh: إِدَارِيٌّ (bersifat administratif).
19 مَصْدَر (Masdar) Bentuk sharaf Kata dasar dari fi‘l yang menunjukkan makna perbuatan tanpa waktu. Contoh: إِدَارَة (pengelolaan).
20 جَذْر (Jadhr) Akar kata Huruf-huruf asal yang membentuk makna dasar kata. Misalnya, حكم berasal dari akar ح-ك-م.

🧩

Pemahaman istilah-istilah dalam nahwu dan sharaf seperti di atas sangat penting untuk membaca teks Arab dengan benar dan memahami makna kalimat secara mendalam. Setiap perubahan harakat, bentuk kata, atau susunan memiliki pengaruh langsung terhadap arti dan fungsi dalam struktur bahasa Arab. 

Terkait :


Update:
Keywords:
0 comments


0 comments:

Posting Komentar

--
 

Bersama Belajar Islam | Pondok OmaSAE: Bersama mengkaji warisan Rasulullah saw | # - # | Pondok OmaSAE : Belajar Agama via online


Didukung oleh: Suwur - Tenda SUWUR - OmaSae - Blogger - JayaSteel - Air Minum Isi Ulang - TAS Omasae - Furniture - Rumah Suwur - Bengkel Las -