Naskah khutbah idul Fitri 1438 H DPP HTI
بسم الله الرحمن الرحيم
BELA ISLAM:
TEGAKKAN SYARIAH KAFFAH, REKATKAN UKHUWAH ISLAMIYYAH
اَللهُ أَكْبَرُ 3 x اَللهُ أَكْبَرُ 3 x اَللهُ أَكْبَرُ 3 x.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَيَّدَ الْإِسْلَامَ فِيِ كُلِّ عَصْرٍ بِاْلإمَامِ اْلأَعْظَمِ، وَ أَقَامَهُ خَلِيْفَةً لِرَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ، فِي حِفْظِ شَرْعِهِ وَ نُصْرَةِ دِيْنِهِ وَ إِمْضَاءِ حُكْمِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. وَ صَلَوَاتُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَ عَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَ أَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ، وَ مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ:
أُوْصِيْنِي وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَااللهِ وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Alhamdulillah, sepantasnya kita bersyukur kepada Allah SWT. Saat ini kita telah berhasil melewati hari-hari Ramadhan hingga ke bagian akhir bulan yang penuh berkah ini. Kini kita merayakan satu hari yang indah, Idul Fitri. Inilah hari saat kita kembali berbuka setelah selama sebulan penuh berpuasa. Pada hari ini kita pantas berbahagia karena Rasulullah saw. pun telah bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ.
Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan yaitu: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan saat berjumpa dengan Tuhannya (di surga) (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Namun demikian, kita pun selayaknya khawatir jika sampai ibadah shaum kita tidak mengantarkan kita untuk meraih derajat takwa. Padahal bukankah takwa adalah hikmah puasa yang harus kita raih sebagaimana yang Allah SWT kehendaki dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kalian, sebagaimana puasa itu telah Allah wajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 183).
Karena itu di tengah kegembiraan kita berhari raya Idul Fitri, kita pun pantas bertanya: Sudahkah takwa benar-benar mewujud dalam diri kita? Sudahkah rasa takut kepada Allah SWT terpatri kuat dalam jiwa kita? Sudahkah semua perintah Allah SWT kita laksanakan dan semua larangan-Nya kita tinggalkan? Sudahkah syariah-Nya kita terapkan secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan kita? Jika belum, kita seharusnya merasa khawatir dengan apa yang diisyaratkan Baginda Rasulullah saw.:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan (pahala) puasanya, kecuali rasa lapar saja (HR Ahmad).
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Sebagaimana kita ketahui dan kita rasakan, Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini masih diliputi dengan sejumlah persoalan yang membelit Islam dan umatnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Kondisi ini tak pernah beranjak dari tahun-tahun sebelumnya. Di dalam negeri, pada Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini setidaknya ada empat hal yang menonjol yang menyelubungi Islam dan umatnya. Pertama: Kasus penistaan al-Quran oleh Ahok. Kasus ini diikuti oleh sejumlah kasus penghinaan terhadap Islam dan Rasulullah saw. dengan beragam bentuknya, khususnya lewat media sosial, yang tidak benar-benar diusut oleh aparat. Kedua: Belum reda kasus penistaan agama, muncul kriminalisasi terhadap ulama yang kebetulan menjadi penggerak dari rangkaian Aksi Bela Islam (ABI) yang dipicu oleh penistaan al-Quran oleh Ahok. Ketiga: Rencana Pemerintah untuk membubarkan ormas-ormas Islam, khususnya HTI, yang dituding secara sepihak sebagai anti Pancasila dan anti kebhinekaan hanya karena HTI gencar mendakwahkan keharaman pemimpin kafir atas umat Isla
m. HTI pun dituding mengancam NKRI hanya karena gencar menyerukan pentingnya penguasa dan umat ini menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam institusi Khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam. Keempat: Sebagai dampak dari pro-kontra kasus Ahok, muncullah dua kubu yang saling berseberangan: pro dan anti Ahok, yang seolah-olah dianggap perseteruan kelompok moderat dan radikal. Mereka saling mencela, saling melecehkan, bahkan saling menghujat, khususnya di media sosial, apalagi menjelang dan pasca Pilkada DKI Jakarta. Kondisi ini jelas telah mengarah pada perpecahan. Padahal mayoritas dari dua kubu tersebut adalah umat Islam yang seharusnya merekatkan tali persaudaraan Islam atau ukhuwwah islamiyyah. Sayangnya, kondisi semacam ini masih terasa hingga saat ini, justru di tengah bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri yang sakral.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Di luar negeri persoalan umat tak kalah memilukan. Di Suriah, misalnya, umat Muslim harus terus menghadapi kekejaman rezim Bashar Assad yang berkonspirasi dengan Iran, Rusia dan Cina. Sejak Arab Spring terjadi 2011, di Suriah sudah lebih dari 500.000 orang terbunuh dan jutaan lainnya mengungsi. Tragedi di Suriah ini jelas bukan tragedi pertama yang menimpa umat Islam.
Di Palestina, kaum Muslim yang hampir 14 abad menjadi penduduknya, selama puluhan tahun harus tinggal di wilayah sempit Jalur Gaza dan Tepi Barat. Mereka hidup di bawah bayang-bayang kekejaman militer Israel yang tidak sungkan menembak mati anak kecil dan perempuan.
Di Xinjiang, Tiongkok, kaum Muslim pun mengalami penderitaan. Dalam kerusuhan tahun 2014 lalu diperkirakan sekitar 1000 Muslim tewas di tangan militer Tiongkok. Mereka juga tidak bebas menjalankan ibadah, bahkan sudah beberapa tahun dilarang keras mengerjakan puasa Ramadhan, termasuk pada Ramadhan tahun ini.
Kondisi memilukan juga dialami umat Muslim Rohingya. Sebagian terusir, sebagian lagi dibunuh dengan cara keji seperti dibakar hidup-hidup. Kaum Muslimahnya diperkosa oleh pasukan militer dan para biksu Budha di Myanmar.
Nasib Muslim di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat pun makin terancam. Gelombang opini anti-Islam semakin meningkat. Survei yang dilakukan oleh perusahan riset asal Amerika Serikat, Pew Research, yang dirilis 11 Juli 2016 lalu, menunjukkan kebencian terhadap Islam dan kaum Muslim di beberapa negara Eropa telah melonjak pada tahun 2016. Kebencian ini melahirkan gelombang kekerasan kepada umat Muslim. Sejumlah Muslimah diserang di sejumlah negara. Sejumlah masjid dibakar seperti di Inggris, Jerman, Bulgaria juga di Texas, AS. Beberapa negara seperti Prancis melarang pemakaian burqa di jalan-jalan oleh para Muslimah.
Dengan seabreg penderitaan umat di berbagai belahan dunia itu, kita patut bertanya: siapa yang membela? Tidak ada. Apakah PBB? Tidak. Apakah para penguasa Arab dan Muslim? Juga tidak, kecuali sekadar pencitraan seperti menggalang bantuan kemanusiaan atau menampung para pengungsi. Lebih dari itu tidak dilakukan, seperti mengerahkan pasukan militer untuk menghentikan serangan brutal Rusia dan rezim Bassar Assad, sang penjagal Muslim Suriah.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Semua bencana yang menimpa umat Islam di atas seolah membenarkan pernyataan Rasulullah saw. lebih dari 14 abad lalu:
« يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا »
Nyaris berbagai umat menyerang kalian seperti makanan yang disantap dari tempat sajiannya (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Apa yang diperingatkan oleh Baginda Rasulullah saw. menjadi kenyataan pada hari ini. Umat Muslim seolah ‘disantap’ oleh para penjajah, baik dari Barat maupun Timur. Kekayaan alam umat dikuras. Perjuangan politik mereka dibelenggu. Darah mereka ditumpahkan. Tanah air mereka dirampas. Mereka sendiri terusir dari negeri mereka. Inilah realita memilukan umat Muslim.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Semua ini tentu ironis. Ironis, terutama di tengah suasana kita merayakan Hari Raya Idul Fitri, yang ser
ing diidentikkan dengan Hari Kemenangan. Ironis, karena semua kondisi di atas justru menunjukkan kekalahan umat Islam. Padahal umat Islam adalah umat terbaik (khayru ummah) (QS Ali Imran [3]: 110).
Ironis, karena kondisi ketepurukan dan kekalahan umat Islam ini bertolak belakang dengan kondisi kaum Muslim generasi awal yang sama-sama melaksanakan shaum Ramadhan dan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Faktanya, shaum Rasulullah saw. dan para Sahabat tidak hanya memberikan kemenangan kepada diri mereka secara individual dalam melawan hawa nafsu dan setan selama bulan Ramadhan, tetapi juga memberikan kemenangan kepada kaum Muslim secara kolektif dalam melawan musuh-musuh Islam. Mereka dan generasi gemilang sesudahnya, misalnya, justru sering mencatat prestasi yang gemilang pada bulan Ramadhan. Beberapa peperangan yang dimenangkan kaum Muslim seperti Perang Badar, Fathu Makkah, atau Pembebasan Andalusia terjadi pada bulan Ramadhan.
Kemenangan Perang Badar telah memperkuat posisi kaum Muslim di dunia internasional saat itu, terutama di Jazirah Arab, bahwa negara baru yang dibangun kaum Muslim, Daulah Islam, adalah negara kuat yang tidak bisa disepelekan. Kondisi ini tentu memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara Daulah Islam. Perang Badar juga secara internal telah membuat pihak-pihak di dalam negeri Daulah Islam—orang-orang Yahudi, musyrik dan munafik—takut untuk berbuat macam-macam terhadap Daulah Islam.
Futûhât oleh Daulah Islam juga telah memberikan kebaikan yang luar biasa bagi umat manusia. Lewat futûhât ini dakwah Islam diterima dengan mudah oleh manusia. Futûhât ini pun telah menjadi jalan bagi penerapan syariah Islam di seluruh kawasan dunia. Lewat penerapan syariah Islam inilah seluruh warga negera Daulah Islam baik Muslim maupun non-Muslim mendapat kebahagian, kesejahteraan dan keamanan.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Dengan menyaksikan dan merasakan kondisi yang ironis di atas, sepantasnya segenap komponen umat Islam bangkit membela Islam dan umatnya. Karena itulah kita tentu sangat mengapresiasi serangkaian Aksi Bela Islam (ABI) oleh segenap komponen umat Islam yang terus berlangsung hingga saat ini. Aksi bela Islam ini tentu harus kita lanjutkan sebagai wujud tanggung jawab kita kepada Allah SWT.
Pembelaan terhadap Islam secara tegas diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-Quran. Allah SWT, misalnya, berfirman:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sungguh Allah akan menolong orang yang membela Dia. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa (QS al-Hajj [22]: 40).
Allah SWT pun berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang beriman, jika kalian menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian (QS Muhammad [47]: 7).
Imam ar-Razi menjelaskan, makna, “In tanshuru-Llah (jika kalian menolong Allah).” adalah menolong agama-Nya, memperjuangkan syariah-Nya serta membantu para pejuang yang memperjuangkan agama dan syariah-Nya.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Untuk membela Islam dan kaum Muslim, tentu dibutuhkan persatuan dan kerjasama seluruh komponen umat ini. Di sinilah pentingnya kita merekatkan kembali ukhuwah (persaudaraan) kita karena semua kaum Mukmin adalah bersaudara. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ»
Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara saudara-saudara kalian (TQS al-Hujurat [49]: 10).
Sebaliknya, kaum Mukmin haram berpecah-belah, sebagaimana firman-Nya:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah dan jangan berpecah-belah (QS Ali Imran [3]: 103).
Persaudaraan Islam (ukhuwah islamiyyah)—yang diikat dengan akidah yang sama, yakni akidah Islam—tentu bersifat global, tidak lokal; dalam arti lintas daerah, negara bahkan benua. Persaudaraan Islam juga bercorak universal yakni lintas etnik, suku/bangsa, bahasa, dll.
AlLâhu Akbar
3X, WaliLlâhilhamd
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Sebagai wujud pembelaan kita kepada mereka sebagai saudara, tentu tak cukup kita sebatas mendoakan mereka karena faktanya mereka telah menderita cukup lama di bawah tekanan para rejim yang amat kejam. Kepedulian kita kepada mereka harus juga diwujudkan dengan upaya keras kita mewujudkan institusi Khilafah. Mengapa Khilafah? Pertama: Karena Khilafah adalah sistem pemerintahan yang bersifat global, yang akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme dan negara-bangsa yang selama ini menjadi faktor penghalang untuk mewujudkan ukhuwah yang hakiki, yang juga bersifat global. Kedua: karena Khilafahlah pengayom dan pelindung umat yang hakiki, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
«إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ، وَيُتَّقَى بِهِ»
Imam (Khalifah) adalah perisai; umat berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Ahmad).
Apa yang disabdakan Rasulullah saw. di atas dibuktikan dalam sejarah antara lain oleh Khalifah Al-Mu’tashim Billah yang sukses menaklukkan Kota Amuriyah (sekarang Angkara, Turki), kota terpenting bagi imperium Romawi saat itu, selain Konstantinopel. Al-Qalqasyandi dalam kitabnya, Ma’âtsir al-Inâfah, menjelaskan salah satu sebab penaklukan kota itu pada tanggal 17 Ramadhan 223 H. Diceritakan bahwa penguasa Amuriyah, salah seorang raja Romawi, telah menawan wanita mulia keturunan Fathimah ra. Wanita itu disiksa dan dinistakan hingga ia berteriak dan menjerit meminta pertolongan. Menurut Ibn Khalikan dalam Wafyah al-A’yan, juga Ibn al-Atsir dalam Al-Kâmil fî at-Târikh, saat berita penawanan wanita mulia itu sampai ke telinga Khalifah Al-Mu’tashim Billah, saat itu sang Khalifah sedang berada di atas tempat tidurnya. Ia segera bangkit seraya berkata, “Aku segera memenuhi panggilanmu!” Tidak berpikir lama, Khalifah Al-Mu’tashim Billah segera mengerahkan sekaligus memimpin sendiri puluhan ribu pasukan kaum Muslim menuju Kota Amuriyah. Terjadilah peperangan sengit. Pada akhirnya Kota Amuriyah berhasil ditaklukkan. Pasukan Romawi bisa dilumpuhkan. Sekitar 30 ribu tentaranya terbunuh. Sebanyak 30 ribu lainnya ditawan oleh pasukan kaum Muslim. Sang Khalifah pun berhasil membebaskan wanita mulia tersebut. Ia lalu berkata di hadapan wanita itu, “Jadilah engkau saksi untukku di depan kakekmu (Nabi Muhammad saw.), bahwa aku telah datang untuk membebaskan kamu.”
Alhasil, dengan Khilafahlah kita bisa menunjukkan aksi bela Islam dan umatnya secara lebih nyata. Tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, di manapun ada kaum Muslim. Karena itu umat ini harus segera berjuang sekuat tenaga mewujudkan Khilafah.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Selain sebagai pengayom dan pelindung kaum Muslim di seluruh dunia, Khilafah adalah satu-satunya institusi pelaksana syariah Islam secara kâffah. Penerapan syariah Islam secara kâffah tentu telah diwajibkan oleh Allah SWT atas seluruh kaum Muslim sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
Hai orang-orang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total (QS al-Baqarah [2]: 208).
Di dalam tasfirnya, Aysar at-Tafâsîr, Imam al-Jazairi menyatakan bahwa kata kaffat[an] dalam ayat di atas bermakna jâmi’[‘an]. Karena itu, kata Imam al-Jazairi, tidak boleh sedikit pun kaum Muslim meninggalkan syariah dan hukum-hukum Islam.
Dalam al-Quran, Allah SWT pun tidak hanya mewajibkan shaum Ramadhan; kutiba ‘alaykum ash-shiyâm (QS al-Baqarah [2]: 183), tetapi juga mewajibkan hukum qishâsh dalam perkara pembunuhan; kutiba ‘alaykum al-qishâsh (QS al-Baqarah [2]: 78). Menurut para mufassir, semua frasa kutiba ‘alaykum dalam ayat-ayat tersebut memberikan makna furidha ‘alaykum. Al-Quran tak hanya membahas shalat, aqim ash-shalah (QS al-Baqarah [2]: 43), tetapi juga bicara ekonomi saat menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba (QS al-Baqarah [2]: 275], juga saat mewajibkan pendistribusian harta secara adil di tengah masyarakat (QS al-Hasyr [59]: 7).
Seluruh ketentuan syariah Islam ini hanya akan tegak di dalam institusi Khilaf
ah. Karena itu saatnya umat bersatu dan bahu-membahu untuk menegakkan kembali Khilafah. Dengan tegaknya syariah Islam dalam institusi Khilafah Islam ‘ala minhâj an-Nubuwwah, umat Islam pasti akan meraih kemuliaannya kembali.
Insya Allah, masa yang mulia itu akan segera tiba karena memang telah di-nubuwwah-kan oleh Rasulullah saw.:
ثُمّ سَتَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Kemudian akan datang kembali masa Khilafah yang mengikuti metode kenabian (HR Ahmad).
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Karena itu pada Hari Kemenangan ini sudah sepatutnya kita berjanji kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Muslim untuk mengerahkan segenap upaya, secara damai, demi tegaknya Khilafah agar syariah Islam secara kâffah bisa diterapkan.
Marilah kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT agar menolong kita untuk mewujudkan hal ini sehingga kaum Muslim merasakan kegembiraan yang hakiki karena meraih kemenangan yang juga hakiki, sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam firman-Nya:
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (QS ar-Rum [30]: 4-5).
قال الله تعالى في القرآن العظيم، أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ، وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ، كَماَ صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah dosa-dosa kami, karena dalam shalat-shalat kami, termasuk pada Hari Raya Idul Fitri ini, Engkau kami besarkan dan kami agungkan. Namun di luar itu, Engkau acapkali kami kecilkan dan kami kerdilkan.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah kesalahan-kesalahan kami, karena selama Ramadhan kami berusaha merendahkan dan menghinakan diri di hadapan-Mu; tunduk, patuh dan taat kepada-Mu. Namun di luar itu, kami acapkali menyombongkan diri di hadapan-Mu; kami sering ingkar dan membantah perintah-Mu.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah kami. Setiap saat Engkau kami sucikan dan kami istimewakan dalam ritual ibadah-ibadah kami, termasuk selama Ramadhan dan Idul Fitri ini. Namun, di luar itu acapkali Engkau kami kotori dan kami cemari dengan dosa-dosa kami di dalam banyak aspek kehidupan kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah kami. Syariah-Mu telah lama kami tanggalkan; perintah-larangan-Mu sudah lama kami tinggalkan; Kitab Suci-Mu telah lama kami campakkan; sunnah-sunnah Nabi-Mu pun telah lama kami lemparkan.
Karena itu ya Allah, ya Tuhan kami, maafkan kami atas kebodohan, keangkuhan dan segala kemunafikan kami yang sesungguhnya tak terperi. Namun, hanya karena satu keyakinan, maaf-Mu tak terperikan, ampunan-Mu tak tergambarkan dan kasih-sayang-Mu tak terukurkan; kami bersimpuh di hadapan kebesaran-Mu dan bersujud di haribaan ketinggian-Mu; kami berharap gugurnya dosa-dosa kami dan hapusnya kesalahan-kesalahan kami.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَ لِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَ صِغَارًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الأَمْوَاتِ. إِنّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا، وَ اصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَ اصْلِحْ لنا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا، وَ اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعُ مَنْ يَفْجُرُكَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ الذِّيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَيُك
َذِّبُوْنَ رُسُلَكَ، وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ.
اَللَّهُمَّ اَهْزِمْهُمْ وَدَمِّرْهُمْ، وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِيْ تَدْبِيْرِهِمْ. اَللَّهُمَّ اهْزِمْ جُيُوْشَ الْكُفَّارَ الْمُسْتَعْمِرِيْنَ، أَمْرِيْكَا وَ رُوْسِيَا وَحُلَفَاءِهَا الْمَلْعُوْنِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةَ الرَّاشِدَةَ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ، تُعِزُّ بِهَا دِيْنَكَ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَطُغْيَانَهُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ. و الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
—o0o—
بسم الله الرحمن الرحيم
BELA ISLAM:
TEGAKKAN SYARIAH KAFFAH, REKATKAN UKHUWAH ISLAMIYYAH
اَللهُ أَكْبَرُ 3 x اَللهُ أَكْبَرُ 3 x اَللهُ أَكْبَرُ 3 x.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَيَّدَ الْإِسْلَامَ فِيِ كُلِّ عَصْرٍ بِاْلإمَامِ اْلأَعْظَمِ، وَ أَقَامَهُ خَلِيْفَةً لِرَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ، فِي حِفْظِ شَرْعِهِ وَ نُصْرَةِ دِيْنِهِ وَ إِمْضَاءِ حُكْمِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. وَ صَلَوَاتُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَ عَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَ أَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ، وَ مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ:
أُوْصِيْنِي وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَااللهِ وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Alhamdulillah, sepantasnya kita bersyukur kepada Allah SWT. Saat ini kita telah berhasil melewati hari-hari Ramadhan hingga ke bagian akhir bulan yang penuh berkah ini. Kini kita merayakan satu hari yang indah, Idul Fitri. Inilah hari saat kita kembali berbuka setelah selama sebulan penuh berpuasa. Pada hari ini kita pantas berbahagia karena Rasulullah saw. pun telah bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ.
Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan yaitu: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan saat berjumpa dengan Tuhannya (di surga) (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Namun demikian, kita pun selayaknya khawatir jika sampai ibadah shaum kita tidak mengantarkan kita untuk meraih derajat takwa. Padahal bukankah takwa adalah hikmah puasa yang harus kita raih sebagaimana yang Allah SWT kehendaki dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kalian, sebagaimana puasa itu telah Allah wajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 183).
Karena itu di tengah kegembiraan kita berhari raya Idul Fitri, kita pun pantas bertanya: Sudahkah takwa benar-benar mewujud dalam diri kita? Sudahkah rasa takut kepada Allah SWT terpatri kuat dalam jiwa kita? Sudahkah semua perintah Allah SWT kita laksanakan dan semua larangan-Nya kita tinggalkan? Sudahkah syariah-Nya kita terapkan secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan kita? Jika belum, kita seharusnya merasa khawatir dengan apa yang diisyaratkan Baginda Rasulullah saw.:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan (pahala) puasanya, kecuali rasa lapar saja (HR Ahmad).
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Sebagaimana kita ketahui dan kita rasakan, Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini masih diliputi dengan sejumlah persoalan yang membelit Islam dan umatnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Kondisi ini tak pernah beranjak dari tahun-tahun sebelumnya. Di dalam negeri, pada Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini setidaknya ada empat hal yang menonjol yang menyelubungi Islam dan umatnya. Pertama: Kasus penistaan al-Quran oleh Ahok. Kasus ini diikuti oleh sejumlah kasus penghinaan terhadap Islam dan Rasulullah saw. dengan beragam bentuknya, khususnya lewat media sosial, yang tidak benar-benar diusut oleh aparat. Kedua: Belum reda kasus penistaan agama, muncul kriminalisasi terhadap ulama yang kebetulan menjadi penggerak dari rangkaian Aksi Bela Islam (ABI) yang dipicu oleh penistaan al-Quran oleh Ahok. Ketiga: Rencana Pemerintah untuk membubarkan ormas-ormas Islam, khususnya HTI, yang dituding secara sepihak sebagai anti Pancasila dan anti kebhinekaan hanya karena HTI gencar mendakwahkan keharaman pemimpin kafir atas umat Isla
m. HTI pun dituding mengancam NKRI hanya karena gencar menyerukan pentingnya penguasa dan umat ini menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam institusi Khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam. Keempat: Sebagai dampak dari pro-kontra kasus Ahok, muncullah dua kubu yang saling berseberangan: pro dan anti Ahok, yang seolah-olah dianggap perseteruan kelompok moderat dan radikal. Mereka saling mencela, saling melecehkan, bahkan saling menghujat, khususnya di media sosial, apalagi menjelang dan pasca Pilkada DKI Jakarta. Kondisi ini jelas telah mengarah pada perpecahan. Padahal mayoritas dari dua kubu tersebut adalah umat Islam yang seharusnya merekatkan tali persaudaraan Islam atau ukhuwwah islamiyyah. Sayangnya, kondisi semacam ini masih terasa hingga saat ini, justru di tengah bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri yang sakral.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Di luar negeri persoalan umat tak kalah memilukan. Di Suriah, misalnya, umat Muslim harus terus menghadapi kekejaman rezim Bashar Assad yang berkonspirasi dengan Iran, Rusia dan Cina. Sejak Arab Spring terjadi 2011, di Suriah sudah lebih dari 500.000 orang terbunuh dan jutaan lainnya mengungsi. Tragedi di Suriah ini jelas bukan tragedi pertama yang menimpa umat Islam.
Di Palestina, kaum Muslim yang hampir 14 abad menjadi penduduknya, selama puluhan tahun harus tinggal di wilayah sempit Jalur Gaza dan Tepi Barat. Mereka hidup di bawah bayang-bayang kekejaman militer Israel yang tidak sungkan menembak mati anak kecil dan perempuan.
Di Xinjiang, Tiongkok, kaum Muslim pun mengalami penderitaan. Dalam kerusuhan tahun 2014 lalu diperkirakan sekitar 1000 Muslim tewas di tangan militer Tiongkok. Mereka juga tidak bebas menjalankan ibadah, bahkan sudah beberapa tahun dilarang keras mengerjakan puasa Ramadhan, termasuk pada Ramadhan tahun ini.
Kondisi memilukan juga dialami umat Muslim Rohingya. Sebagian terusir, sebagian lagi dibunuh dengan cara keji seperti dibakar hidup-hidup. Kaum Muslimahnya diperkosa oleh pasukan militer dan para biksu Budha di Myanmar.
Nasib Muslim di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat pun makin terancam. Gelombang opini anti-Islam semakin meningkat. Survei yang dilakukan oleh perusahan riset asal Amerika Serikat, Pew Research, yang dirilis 11 Juli 2016 lalu, menunjukkan kebencian terhadap Islam dan kaum Muslim di beberapa negara Eropa telah melonjak pada tahun 2016. Kebencian ini melahirkan gelombang kekerasan kepada umat Muslim. Sejumlah Muslimah diserang di sejumlah negara. Sejumlah masjid dibakar seperti di Inggris, Jerman, Bulgaria juga di Texas, AS. Beberapa negara seperti Prancis melarang pemakaian burqa di jalan-jalan oleh para Muslimah.
Dengan seabreg penderitaan umat di berbagai belahan dunia itu, kita patut bertanya: siapa yang membela? Tidak ada. Apakah PBB? Tidak. Apakah para penguasa Arab dan Muslim? Juga tidak, kecuali sekadar pencitraan seperti menggalang bantuan kemanusiaan atau menampung para pengungsi. Lebih dari itu tidak dilakukan, seperti mengerahkan pasukan militer untuk menghentikan serangan brutal Rusia dan rezim Bassar Assad, sang penjagal Muslim Suriah.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Semua bencana yang menimpa umat Islam di atas seolah membenarkan pernyataan Rasulullah saw. lebih dari 14 abad lalu:
« يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا »
Nyaris berbagai umat menyerang kalian seperti makanan yang disantap dari tempat sajiannya (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Apa yang diperingatkan oleh Baginda Rasulullah saw. menjadi kenyataan pada hari ini. Umat Muslim seolah ‘disantap’ oleh para penjajah, baik dari Barat maupun Timur. Kekayaan alam umat dikuras. Perjuangan politik mereka dibelenggu. Darah mereka ditumpahkan. Tanah air mereka dirampas. Mereka sendiri terusir dari negeri mereka. Inilah realita memilukan umat Muslim.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Semua ini tentu ironis. Ironis, terutama di tengah suasana kita merayakan Hari Raya Idul Fitri, yang ser
ing diidentikkan dengan Hari Kemenangan. Ironis, karena semua kondisi di atas justru menunjukkan kekalahan umat Islam. Padahal umat Islam adalah umat terbaik (khayru ummah) (QS Ali Imran [3]: 110).
Ironis, karena kondisi ketepurukan dan kekalahan umat Islam ini bertolak belakang dengan kondisi kaum Muslim generasi awal yang sama-sama melaksanakan shaum Ramadhan dan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Faktanya, shaum Rasulullah saw. dan para Sahabat tidak hanya memberikan kemenangan kepada diri mereka secara individual dalam melawan hawa nafsu dan setan selama bulan Ramadhan, tetapi juga memberikan kemenangan kepada kaum Muslim secara kolektif dalam melawan musuh-musuh Islam. Mereka dan generasi gemilang sesudahnya, misalnya, justru sering mencatat prestasi yang gemilang pada bulan Ramadhan. Beberapa peperangan yang dimenangkan kaum Muslim seperti Perang Badar, Fathu Makkah, atau Pembebasan Andalusia terjadi pada bulan Ramadhan.
Kemenangan Perang Badar telah memperkuat posisi kaum Muslim di dunia internasional saat itu, terutama di Jazirah Arab, bahwa negara baru yang dibangun kaum Muslim, Daulah Islam, adalah negara kuat yang tidak bisa disepelekan. Kondisi ini tentu memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara Daulah Islam. Perang Badar juga secara internal telah membuat pihak-pihak di dalam negeri Daulah Islam—orang-orang Yahudi, musyrik dan munafik—takut untuk berbuat macam-macam terhadap Daulah Islam.
Futûhât oleh Daulah Islam juga telah memberikan kebaikan yang luar biasa bagi umat manusia. Lewat futûhât ini dakwah Islam diterima dengan mudah oleh manusia. Futûhât ini pun telah menjadi jalan bagi penerapan syariah Islam di seluruh kawasan dunia. Lewat penerapan syariah Islam inilah seluruh warga negera Daulah Islam baik Muslim maupun non-Muslim mendapat kebahagian, kesejahteraan dan keamanan.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Dengan menyaksikan dan merasakan kondisi yang ironis di atas, sepantasnya segenap komponen umat Islam bangkit membela Islam dan umatnya. Karena itulah kita tentu sangat mengapresiasi serangkaian Aksi Bela Islam (ABI) oleh segenap komponen umat Islam yang terus berlangsung hingga saat ini. Aksi bela Islam ini tentu harus kita lanjutkan sebagai wujud tanggung jawab kita kepada Allah SWT.
Pembelaan terhadap Islam secara tegas diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-Quran. Allah SWT, misalnya, berfirman:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sungguh Allah akan menolong orang yang membela Dia. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa (QS al-Hajj [22]: 40).
Allah SWT pun berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang beriman, jika kalian menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian (QS Muhammad [47]: 7).
Imam ar-Razi menjelaskan, makna, “In tanshuru-Llah (jika kalian menolong Allah).” adalah menolong agama-Nya, memperjuangkan syariah-Nya serta membantu para pejuang yang memperjuangkan agama dan syariah-Nya.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Untuk membela Islam dan kaum Muslim, tentu dibutuhkan persatuan dan kerjasama seluruh komponen umat ini. Di sinilah pentingnya kita merekatkan kembali ukhuwah (persaudaraan) kita karena semua kaum Mukmin adalah bersaudara. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ»
Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara saudara-saudara kalian (TQS al-Hujurat [49]: 10).
Sebaliknya, kaum Mukmin haram berpecah-belah, sebagaimana firman-Nya:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah dan jangan berpecah-belah (QS Ali Imran [3]: 103).
Persaudaraan Islam (ukhuwah islamiyyah)—yang diikat dengan akidah yang sama, yakni akidah Islam—tentu bersifat global, tidak lokal; dalam arti lintas daerah, negara bahkan benua. Persaudaraan Islam juga bercorak universal yakni lintas etnik, suku/bangsa, bahasa, dll.
AlLâhu Akbar
3X, WaliLlâhilhamd
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Sebagai wujud pembelaan kita kepada mereka sebagai saudara, tentu tak cukup kita sebatas mendoakan mereka karena faktanya mereka telah menderita cukup lama di bawah tekanan para rejim yang amat kejam. Kepedulian kita kepada mereka harus juga diwujudkan dengan upaya keras kita mewujudkan institusi Khilafah. Mengapa Khilafah? Pertama: Karena Khilafah adalah sistem pemerintahan yang bersifat global, yang akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme dan negara-bangsa yang selama ini menjadi faktor penghalang untuk mewujudkan ukhuwah yang hakiki, yang juga bersifat global. Kedua: karena Khilafahlah pengayom dan pelindung umat yang hakiki, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
«إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ، وَيُتَّقَى بِهِ»
Imam (Khalifah) adalah perisai; umat berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Ahmad).
Apa yang disabdakan Rasulullah saw. di atas dibuktikan dalam sejarah antara lain oleh Khalifah Al-Mu’tashim Billah yang sukses menaklukkan Kota Amuriyah (sekarang Angkara, Turki), kota terpenting bagi imperium Romawi saat itu, selain Konstantinopel. Al-Qalqasyandi dalam kitabnya, Ma’âtsir al-Inâfah, menjelaskan salah satu sebab penaklukan kota itu pada tanggal 17 Ramadhan 223 H. Diceritakan bahwa penguasa Amuriyah, salah seorang raja Romawi, telah menawan wanita mulia keturunan Fathimah ra. Wanita itu disiksa dan dinistakan hingga ia berteriak dan menjerit meminta pertolongan. Menurut Ibn Khalikan dalam Wafyah al-A’yan, juga Ibn al-Atsir dalam Al-Kâmil fî at-Târikh, saat berita penawanan wanita mulia itu sampai ke telinga Khalifah Al-Mu’tashim Billah, saat itu sang Khalifah sedang berada di atas tempat tidurnya. Ia segera bangkit seraya berkata, “Aku segera memenuhi panggilanmu!” Tidak berpikir lama, Khalifah Al-Mu’tashim Billah segera mengerahkan sekaligus memimpin sendiri puluhan ribu pasukan kaum Muslim menuju Kota Amuriyah. Terjadilah peperangan sengit. Pada akhirnya Kota Amuriyah berhasil ditaklukkan. Pasukan Romawi bisa dilumpuhkan. Sekitar 30 ribu tentaranya terbunuh. Sebanyak 30 ribu lainnya ditawan oleh pasukan kaum Muslim. Sang Khalifah pun berhasil membebaskan wanita mulia tersebut. Ia lalu berkata di hadapan wanita itu, “Jadilah engkau saksi untukku di depan kakekmu (Nabi Muhammad saw.), bahwa aku telah datang untuk membebaskan kamu.”
Alhasil, dengan Khilafahlah kita bisa menunjukkan aksi bela Islam dan umatnya secara lebih nyata. Tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, di manapun ada kaum Muslim. Karena itu umat ini harus segera berjuang sekuat tenaga mewujudkan Khilafah.
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Selain sebagai pengayom dan pelindung kaum Muslim di seluruh dunia, Khilafah adalah satu-satunya institusi pelaksana syariah Islam secara kâffah. Penerapan syariah Islam secara kâffah tentu telah diwajibkan oleh Allah SWT atas seluruh kaum Muslim sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
Hai orang-orang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total (QS al-Baqarah [2]: 208).
Di dalam tasfirnya, Aysar at-Tafâsîr, Imam al-Jazairi menyatakan bahwa kata kaffat[an] dalam ayat di atas bermakna jâmi’[‘an]. Karena itu, kata Imam al-Jazairi, tidak boleh sedikit pun kaum Muslim meninggalkan syariah dan hukum-hukum Islam.
Dalam al-Quran, Allah SWT pun tidak hanya mewajibkan shaum Ramadhan; kutiba ‘alaykum ash-shiyâm (QS al-Baqarah [2]: 183), tetapi juga mewajibkan hukum qishâsh dalam perkara pembunuhan; kutiba ‘alaykum al-qishâsh (QS al-Baqarah [2]: 78). Menurut para mufassir, semua frasa kutiba ‘alaykum dalam ayat-ayat tersebut memberikan makna furidha ‘alaykum. Al-Quran tak hanya membahas shalat, aqim ash-shalah (QS al-Baqarah [2]: 43), tetapi juga bicara ekonomi saat menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba (QS al-Baqarah [2]: 275], juga saat mewajibkan pendistribusian harta secara adil di tengah masyarakat (QS al-Hasyr [59]: 7).
Seluruh ketentuan syariah Islam ini hanya akan tegak di dalam institusi Khilaf
ah. Karena itu saatnya umat bersatu dan bahu-membahu untuk menegakkan kembali Khilafah. Dengan tegaknya syariah Islam dalam institusi Khilafah Islam ‘ala minhâj an-Nubuwwah, umat Islam pasti akan meraih kemuliaannya kembali.
Insya Allah, masa yang mulia itu akan segera tiba karena memang telah di-nubuwwah-kan oleh Rasulullah saw.:
ثُمّ سَتَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Kemudian akan datang kembali masa Khilafah yang mengikuti metode kenabian (HR Ahmad).
AlLâhu Akbar 3X, WaliLlâhilhamd.
Ma’âsyiral-Muslimîn RahimakumulLâh:
Karena itu pada Hari Kemenangan ini sudah sepatutnya kita berjanji kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Muslim untuk mengerahkan segenap upaya, secara damai, demi tegaknya Khilafah agar syariah Islam secara kâffah bisa diterapkan.
Marilah kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT agar menolong kita untuk mewujudkan hal ini sehingga kaum Muslim merasakan kegembiraan yang hakiki karena meraih kemenangan yang juga hakiki, sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam firman-Nya:
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (QS ar-Rum [30]: 4-5).
قال الله تعالى في القرآن العظيم، أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ، وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ، كَماَ صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah dosa-dosa kami, karena dalam shalat-shalat kami, termasuk pada Hari Raya Idul Fitri ini, Engkau kami besarkan dan kami agungkan. Namun di luar itu, Engkau acapkali kami kecilkan dan kami kerdilkan.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah kesalahan-kesalahan kami, karena selama Ramadhan kami berusaha merendahkan dan menghinakan diri di hadapan-Mu; tunduk, patuh dan taat kepada-Mu. Namun di luar itu, kami acapkali menyombongkan diri di hadapan-Mu; kami sering ingkar dan membantah perintah-Mu.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah kami. Setiap saat Engkau kami sucikan dan kami istimewakan dalam ritual ibadah-ibadah kami, termasuk selama Ramadhan dan Idul Fitri ini. Namun, di luar itu acapkali Engkau kami kotori dan kami cemari dengan dosa-dosa kami di dalam banyak aspek kehidupan kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah kami. Syariah-Mu telah lama kami tanggalkan; perintah-larangan-Mu sudah lama kami tinggalkan; Kitab Suci-Mu telah lama kami campakkan; sunnah-sunnah Nabi-Mu pun telah lama kami lemparkan.
Karena itu ya Allah, ya Tuhan kami, maafkan kami atas kebodohan, keangkuhan dan segala kemunafikan kami yang sesungguhnya tak terperi. Namun, hanya karena satu keyakinan, maaf-Mu tak terperikan, ampunan-Mu tak tergambarkan dan kasih-sayang-Mu tak terukurkan; kami bersimpuh di hadapan kebesaran-Mu dan bersujud di haribaan ketinggian-Mu; kami berharap gugurnya dosa-dosa kami dan hapusnya kesalahan-kesalahan kami.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَ لِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَ صِغَارًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الأَمْوَاتِ. إِنّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا، وَ اصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَ اصْلِحْ لنا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا، وَ اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعُ مَنْ يَفْجُرُكَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ الذِّيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَيُك
َذِّبُوْنَ رُسُلَكَ، وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ.
اَللَّهُمَّ اَهْزِمْهُمْ وَدَمِّرْهُمْ، وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِيْ تَدْبِيْرِهِمْ. اَللَّهُمَّ اهْزِمْ جُيُوْشَ الْكُفَّارَ الْمُسْتَعْمِرِيْنَ، أَمْرِيْكَا وَ رُوْسِيَا وَحُلَفَاءِهَا الْمَلْعُوْنِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةَ الرَّاشِدَةَ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ، تُعِزُّ بِهَا دِيْنَكَ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَطُغْيَانَهُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ. و الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
—o0o—
0 komentar:
Posting Komentar