Bahasa Arab bukan sekadar sarana komunikasi, tetapi juga cerminan ketelitian dan keindahan berpikir. Setiap harakat memiliki makna, dan setiap posisi kata dalam kalimat membawa fungsi gramatikal yang menegaskan struktur makna. Dalam teks-teks klasik, terutama yang memuat sabda dan ketetapan Rasulullah ﷺ, pemahaman terhadap harakat menjadi kunci untuk menangkap pesan syar‘i dan makna linguistik secara utuh.
Pada pelajaran kali ini, kita akan menelusuri sebuah teks yang mengisahkan bagaimana Rasulullah ﷺ menata aturan jalan di zamannya. Dari susunan kalimat “وَفِي شُؤُونِ الطُّرُقِ، فَقَدْ نَظَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الطُّرُقَ فِي وَقْتِهِ...”, kita akan mempelajari alasan di balik setiap harakat, posisi kata, dan kaitannya dengan kaidah nahwu serta sharaf. Pembahasan ini bukan hanya membantu kita membaca teks Arab dengan benar, tetapi juga mengasah kepekaan terhadap logika bahasa yang mendalam dalam warisan keilmuan Islam.
👍 — Berikut teks tanpa harakat sama sekali, ditulis rapi agar mudah dibandingkan nanti dengan versi berharakat:
وفي شؤون الطرق، فقد نظم رسول الله ﷺ الطرق في وقته، بأن جعل الطريق سبعة أذرع عند التنازع. روى البخاري من طريق أبي هريرة: «قضى النبي ﷺ إذا تشاجروا في الطريق الميتاء بسبعة أذرع»، ورواية مسلم: «إذا اختلفتم في الطريق فاجعلوا عرضه سبعة أذرع»، وهو تنظيم إداري في ذلك الوقت، وإذا كانت الحاجة لأكثر كان، كما في مذهب الشافعي.
Berikut teks Arab lengkap dengan harakat penuh agar mudah dibaca dan dipelajari:
وَفِي شُؤُونِ الطُّرُقِ، فَقَدْ نَظَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الطُّرُقَ فِي وَقْتِهِ، بِأَنْ جَعَلَ الطَّرِيقَ سَبْعَةَ أَذْرُعٍ عِنْدَ التَّنَازُعِ. رَوَى الْبُخَارِيُّ مِنْ طَرِيقِ أَبِي هُرَيْرَةَ: «قَضَى النَّبِيُّ ﷺ إِذَا تَشَاجَرُوا فِي الطَّرِيقِ الْمِيتَاءِ بِسَبْعَةِ أَذْرُعٍ»، وَرِوَايَةُ مُسْلِمٍ: «إِذَا اخْتَلَفْتُمْ فِي الطَّرِيقِ فَاجْعَلُوا عَرْضَهُ سَبْعَةَ أَذْرُعٍ»، وَهُوَ تَنْظِيمٌ إِدَارِيٌّ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ، وَإِذَا كَانَتِ الْحَاجَةُ لِأَكْثَرَ كَانَ، كَمَا فِي مَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ.
🌟
Kita akan bahas bagian per bagian dari teks tadi, dimulai dari awal, dan kita akan jelaskan kenapa harakatnya seperti itu, termasuk makna gramatikal (nahwu–sharaf) yang membuatnya demikian.
🟩 Kalimat pertama:
وَفِي شُؤُونِ الطُّرُقِ، فَقَدْ نَظَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الطُّرُقَ فِي وَقْتِهِ
1️⃣ وَفِي شُؤُونِ الطُّرُقِ
-
وَ = huruf ‘athf (kata sambung) berarti “dan”.
-
Harakat fathah (َ) karena huruf sambung tidak berubah, selalu “wa”.
-
-
فِي = huruf jar (kata depan), artinya “di / dalam”.
-
شُؤُونِ = bentuk jamak dari شَأْنٌ (urusan, perkara).
Karena didahului oleh في (huruf jar), maka ia majrūr, tandanya kasrah (ِ) → شُؤُونِ.-
Huruf شُ berharakat dhammah (ُ) karena bentuk asalnya شَأْنٌ (wazan: فَعْلٌ), tapi pada jamak شُؤُون mengikuti wazan فُعُول.
-
-
الطُّرُقِ = bentuk jamak dari طَرِيقٌ (jalan).
Karena ini mudhāf ilaih (disandarkan pada شُؤُون), maka juga majrūr (berkasrah): الطُّرُقِ.-
Huruf طُّ ber-dhammah karena wazan jamaknya فُعُل → طُرُق.
-
📘 Makna:
“Dan dalam urusan-urusan jalan (atau tata kelola jalan)…”
2️⃣ فَقَدْ نَظَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الطُّرُقَ فِي وَقْتِهِ
-
فَ = sambung (huruf ‘athf) berarti “maka”.
-
قَدْ = partikel ta’kīd (penegasan), sering menunjukkan “sungguh / telah”.
-
نَظَّمَ = fi‘l māḍī (kata kerja lampau) artinya “telah mengatur / menata”.
-
Dibaca naẓẓama karena berasal dari akar ن ظ م dengan pola فَعَّلَ (tasydid pada huruf tengah menunjukkan bentuk II — membuat sesuatu teratur).
-
-
رَسُولُ اللهِ ﷺ
-
رَسُولُ = subjek (fā‘il), sehingga marfū‘ (berdhammah).
-
اللهِ = mudhāf ilaih dari رسول, maka majrūr (berkasrah).
-
-
الطُّرُقَ = objek (maf‘ūl bih), maka manshūb (berfathah).
-
فِي وَقْتِهِ = keterangan waktu.
-
فِي huruf jar,
-
وَقْتِهِ majrūr karena setelah fi dan juga hi sebagai dhamīr kepemilikan (dia = beliau).
-
📘 Makna:
“Maka sungguh Rasulullah ﷺ telah mengatur jalan-jalan pada masanya.”
🔍 Penjelasan Nahwu & Harakat:
| Kata | Jenis kata | Posisi dalam kalimat | Harakat akhir | Alasan |
|---|---|---|---|---|
| وَ | Huruf ‘athf | — | — | Tidak berubah |
| فِي | Huruf jar | — | — | Tidak berubah |
| شُؤُونِ | Isim majrūr | Setelah huruf jar fi | Kasrah | Karena huruf jar |
| الطُّرُقِ | Mudhāf ilaih | Setelah shu’ūn | Kasrah | Karena iḍāfah |
| فَ | Huruf ‘athf | — | — | Tidak berubah |
| قَدْ | Huruf ta’kīd | — | — | Tidak berubah |
| نَظَّمَ | Fi‘l māḍī | Fi‘l (kata kerja) | Fathah | Karena fi‘l māḍī |
| رَسُولُ | Isim marfū‘ | Fā‘il (subjek) | Dhammah | Karena pelaku perbuatan |
| اللهِ | Isim majrūr | Mudhāf ilaih | Kasrah | Karena disandarkan |
| الطُّرُقَ | Isim manshūb | Maf‘ūl bih (objek) | Fathah | Karena objek |
| فِي | Huruf jar | — | — | Tidak berubah |
| وَقْتِهِ | Isim majrūr | Setelah huruf jar | Kasrah | Karena huruf jar |
Apakah kamu ingin kita lanjutkan ke kalimat berikutnya (“بِأَنْ جَعَلَ الطَّرِيقَ سَبْعَةَ أَذْرُعٍ...”) dengan cara penjelasan serinci ini juga? Silakan tulis komentar!
👇
Penutup
Mempelajari harakat dan struktur kalimat Arab dari teks-teks klasik bukan sekadar latihan membaca, melainkan juga perjalanan memahami kedalaman bahasa wahyu. Setiap harakat yang kita telusuri membawa makna gramatikal yang menegaskan pesan dan konteks. Dengan mengurai kalimat demi kalimat, kita bukan hanya belajar bagaimana membaca, tetapi juga mengapa dibaca demikian. Semoga pelajaran ini menumbuhkan kecintaan pada bahasa Arab dan membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam terhadap sumber-sumber Islam yang asli. Mari terus menapaki perjalanan ilmu, satu harakat demi satu makna.
BERSAMBUNG KE KALIMAT BERIKUTNYA
(“بِأَنْ جَعَلَ الطَّرِيقَ سَبْعَةَ أَذْرُعٍ...”)



JayaSteel
0 comments:
Posting Komentar