Kaya atau Miskin?
Bagi penuntut ilmu, mana yang lebih utama, kaya atau miskin? Benarkah bagi penuntut ilmu lebih utama miskin?
Imam Syafi'i rahimahullah pernah mengatakan bahwa:
1. Tidak akan berhasil seorang yang menuntut ilmu dengan bermodalkan kekuasaan dan harga diri.
2. Seorang penuntut ilmu akan berhasil jika: menghinakan diri (di hadapan guru, karena adab), sabar dalam sempitnya kehidupan (ekonomi), dan khidmat kepada para ulama.
Banyak juga ibarat lain bahwa ilmu tidak akan bertemu dengan kemewahan.
Demikian juga dikisahkan bahwa para ulama sampai muflis (bangkrut) demi berkorban dalam belajar.
Itu semua sebenarnya menunjukkan:
1. Qana'ah dengan pemberian Allah yang sedikit,
2. Tidak mengandalkan harta dan kekuasaan untuk kesuksesan belajar,
3. Penuntut ilmu harus hidup sederhana dan tidak boleh bermewah-mewahan,
4. Penuntut ilmu harus siap berkorban dengan harta,
4. Penuntut ilmu harus bersabar dalam sempitnya hidup.
Namun bukan berarti harus miskin, bahkan sampai meminta-minta kepada manusia. Justru itu meruntuhkan harga diri. Misal mau belajar minta sumbangan, mau rihlah minta sumbangan, mau beli kitab minta sumbangan, dll. Namun boleh jika bentuknya meminta bantuan kepada orang yang tepat, atau dalam kondisi darurat.
Kalau disumbang ya terima saja. Alhamdulillah. Tapi tidak boleh meminta-minta dan bermental peminta-minta. Penuntut ilmu harus memiliki harga diri di hadapan manusia manapun, kecuali di hadapan gurunya, karena dia harus siap bersimpuh dan sabar mendengar.
Pada sisi lain, para ulama mengatakan, bahwa belajar itu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Misalnya ungkapan para ulama yang masyhur:
ูุทุงูุจ ุงูุนูู ูุญุชุงุฌ ุฅูู ู ุงู ูุงุฑูู، ูุนู ุฑ ููุญ، ูุตุจุฑ ุฃููุจ.
Penuntut ilmu itu membutuhkan:
1. Harta, seperti hartanya Qarun,
2. Umur, sepertinya umurnya Nabi Nuh 'alaihissalam,
3. Kesabaran, seperti kesabaran Nabi Ayub 'alaihissalam.
Untuk apa harta yang banyak? Misal untuk beli kitab, bekal dalam hidup selama belajar, bekal dalam rihlah ilmiah, dll.
Jadi, bagi yang memiliki keluasan harta, harus siap berkorban harta dalam belajar dan peduli pada yang lain dengan bersedekah. Adapun bagi yang memiliki kesempitan harta, harus bersabar dengan tetap menjaga harga diri. Artinya miskin dan kaya itu sendiri bukan keutamaan, namun pada keduanya bisa ada keutamaan jika tepat dalam bersikap.
YRT
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirrohmanirrohim
ุฑَุจََّูุง ุธََูู َْูุงۤ ุงَُْููุณََูุง َูุงِ ْู َّูู ْ ุชَุบِْูุฑْ ََูููุง َูุชَุฑْุญَู َْูุง ََََُّْููููููู ู َِู ุงْูุฎٰุณِุฑَِْูู
"Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 23).
Ya Rahman ya Rahim, Jagalah kami dari neraka JahanamMu yang amat dahsyat. Sungguh, kami tidak akan mampu menjadi penghuninya, walau hanya sesaat.
Yaa Aziz aku mohon, kembalikan kami semua di dalam Husnul khotimah..
Yaa ghofar ampuni dosa kedua orang tua kami, saudara kami serta orang-orang Sholeh dan masukkan keluarga kami semua dalam surga-Mu .
Aamiin ๐คฒ
0 komentar:
Posting Komentar