*MUHASABAH*
*_MOMENTUM PERBAIKAN MELAWAN KEZALIMAN DAN KEBODOHAN_*
Saudaraku,
Perjalanan waktu akan terus berjalan maju. Tak akan pernah berhenti. Tak akan pernah berulang. Apalagi surut ke belakang. Detik berubah menjadi menit. Menit berubah menjadi jam. Jam berubah menjadi hari. Hari berubah menjadi minggu. Minggu berubah menjadi bulan. Bulan berubah menjadi tahun. Tahun pun terus berganti, seperti halnya tahun 2021 yang telah berganti menjadi tahun 2022...
Perjalanan waktu adalah sunnatullah yang pasti terjadi. Perputarannya adalah arus yang tak bisa terbendung. Anak-anak berjalan menjadi dewasa, orang dewasa menjadi tua adalah sebuah ketentuan dalam kehidupan. Namun, sebagai seorang muslim, hendaknya berupaya mengambil pelajaran di dalamnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,
َُِّูููุจُ ุงَُّููู ุงََّْูููู َูุงََّูููุงุฑَ ۚ ุฅَِّู ِูู ุฐََِٰูู َูุนِุจْุฑَุฉً ِูุฃُِููู ุงْูุฃَุจْุตَุงุฑِ
“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.”
(QS. An Nur: 44)
Ayat ini menyebutkan bahwa pergantian malam dan siang terdapat pelajaran bagi orang yang memiliki pandangan hati. Bergulirnya waktu seharusnya menjadi renungan bagi kita untuk mengambil berbagai pelajaran di dalamnya...
Saudaraku,
Terhadap pergantian tahun, biasanya, ada tiga kelompok orang yang memiliki perbedaan sikap dalam menghadapinya...
Ada sebagian orang yang menganggap pergantian tahun sebagai sebuah momen yang harus dirayakan. Bertambahnya masa yang bisa dinikmati. Untuk itu, mereka memiliki banyak cara untuk memeriahkannya. Ada yang mengisi malam pergantian dengan cara berpesta, menggelar panggung hiburan, membakar ratusan kembang api untuk menerangi langit malam, atau sekedar menikmati ayam bakar dan jagung bakar bersama orang-orang terdekat. Mereka ingin menikmati detik-detik pergantian tahun dengan cara yang akan membuat mereka gembira...
Bagi sebagian orang yang lain, pergantian tahun tak ada bedanya dengan pergantian hari yang selalu mereka lewati kemarin, kemarin lusa, minggu lalu, bulan lalu, dan tahun-tahun sebelumnya. Hanya pergantian dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari. Tak ada yang spesial atau istimewa. Yang mereka lakukan ketika malam pergantian tahun adalah apa yang mereka lakukan seperti di malam-malam biasa. Yang biasa tidur, mereka akan tertidur. Yang biasa melakukan hal lain, mereka akan melakukan aktifitas tersebut...
Ada pula sebagian orang yang menyikapi pergantian tahun dengan sebuah perenungan bahwa sisa waktu yang tersedia dalam bentuk usia mereka semakin berkurang. Pergantian waktu hanya akan membuat mereka semakin dekat dengan sebuah akhir perjalanan...
Mereka melakukan evaluasi atas apa yang sudah terjadi dan apa yang telah mereka lakukan selama tiga ratus enam puluh lima hari yang lalu. Mereka menghitung-hitung berapa jumlah kebaikan di dalamnya. Mereka juga mengkalkulasi berapa jumlah keburukan di dalamnya. Lalu mereka akan menemukan jumlah mana yang lebih banyak...
Tak hanya sampai di situ. Jika mereka menemukan jumlah kebaikan yang lebih banyak, mereka akan mempersiapkan diri untuk menjalani hari-hari ke depan agar mereka bisa mempertahankan kebaikan-kebaikan tersebut. Jika mampu, mereka akan menambahkan lagi jumlah kebaikan tersebut agar lebih banyak. Sebaliknya, jika mereka menemukan keburukan yang lebih banyak jumlahnya, mereka akan melakukan introspeksi diri. Mereka akan berusaha untuk tidak mengulangi keburukan yang sama di hari-hari berikutnya. Bahkan mereka akan mempersiapkan diri agar tak akan ada lagi keburukan di masa depan. Agar mereka bisa selamat dan bahagia di masa yang tak abadi dan di masa yang berkekalan. Lantas di kelompok manakah kita berada?
Saudaraku,
Terlepas dari kita berada di kelompok mana, di pergantian tahun ini menjadi momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan melawan kezaliman dan kebodohan. Kita tidak boleh berdiam diri atas masih adanya berbagai kezaliman yang telah, sedang dan akan terjadi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan orang-orang hina dan lemah yang bersikap diam atas kezaliman dan tidak mencegah orang yang berbuat zalim dengan siksa Allah Azza wa Jalla yang akan mengenai mereka semua, tidak ada di antara mereka yang luput,
ุฅَِّู ุงَّููุงุณَ ุฅِุฐَุง ุฑَุฃَْูุง ุงูุธَّุงِูู َ ََููู ْ َูุฃْุฎُุฐُูุง ุนََูู َูุฏَِْูู ุฃَْูุดََู ุฃَْู َูุนُู َُّูู ْ ุงَُّููู ุจِุนَِูุงุจٍ ู ُِْูู
"Sesungguhnya apabila manusia melihat orang zalim dan mereka tidak mencegahnya dari kezaliman, maka Allah akan menimpakan siksa atas mereka semua."
(HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa'i)
Allah Azza wa Jalla berfirman,
َูุงุชَُّููุง ِูุชَْูุฉً َูุง ุชُุตِูุจََّู ุงَّูุฐَِูู ุธََูู ُูุง ู ُِْููู ْ ุฎَุงุตَّุฉً ۖ َูุงุนَْูู ُูุง ุฃََّู ุงََّููู ุดَุฏِูุฏُ ุงْูุนَِูุงุจِ
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
(QS. Al Anfal: 25)
Azab Allah Azza wa Jalla itu sangatlah pedih. Jika azab itu diturunkan di suatu tempat, maka ia akan menimpa semua orang yang ada di tempat tersebut, baik orang saleh ahli ibadah maupun ahli maksiat...
Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla memperingatkan kaum mukminin agar senantiasa membentengi diri mereka dari siksa tersebut dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, serta menyeru manusia kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran...
Sebab, jika mereka meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar, maka kemungkaran akan menyebar dan kerusakan akan meluas. Bila kondisi sudah demikian, maka azab pun akan diturunkan kepada seluruh komponen masyarakat. Di antara kerusakan yang timbul akibat meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar adalah para pelaku maksiat dan dosa akan semakin berani untuk terus melakukan perbuatan nistanya sehingga sedikit demi sedikit akan sirnalah cahaya kebenaran dari tengah-tengah umat manusia...
Sebagai gantinya, maksiat akan merajalela, keburukan dan kekejian akan terus bertambah, dan pada akhirnya tidak mungkin lagi untuk dihilangkan. Perbuatan munkar akan menjadi baik dan indah di mata khalayak ramai, kemudian mereka pun akan menjadi pengikut para pelaku maksiat. Salah satu sebab hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan...
Allah Azza wa Jalla berfirman,
َููุงَ ุชَُْูู ู َุง َْููุณَ ََูู ุจِِู ุนِْูู ٌ ุฅَِّู ุงูุณَّู ْุนَ َูุงْูุจَุตَุฑَ َูุงُْููุคَุงุฏَ ُُّูู ุฃُْููุงَุฆَِู َูุงَู ุนَُْูู ู َุณْุฆُููุงً
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.
(QS. Al-Isra’: 36)
Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Allah Azza wa Jalla melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.”
(Tafsir Al-Qur’anul Azhim, QS. Al-Isra’: 36)
Ibnu Al Qayyim AlJauziyah memberikan nasehat,
"Hendaknya kita mengukur ilmu bukan dari tumpukan buku yang dibaca. Bukan dari lembaran naskah yang dihasilkan. Bukan juga dari penatnya mulut dalam diskusi tak berujung. Tapi dari amal ( _action_) yang dilakukan di setiap tarikan nafas."
(Ibnu Al Qayyim Al Jauziyah)
Saudaraku,
Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata: “Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan Allah Azza wa Jalla telah berfirman,
َูู َْู ุฃَุถَُّู ู ِู َِّู ุงุชَّุจَุนَ ََููุงُู ุจِุบَْูุฑِ ُูุฏًู ู َِّู ุงِููู
"Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun."
(QS. Al-Qashash: 50)
(Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hlm. 393)
Karena, tersebarluasnya kemungkaran tanpa adanya seorang pun dari ahli agama yang mengingkarinya. Sehingga akan membentuk anggapan bahwa hal tersebut bukanlah sebuah kebatilan. Bahkan bisa jadi mereka melihatnya sebagai perbuatan yang baik untuk dikerjakan. Selanjutnya, sikap menghalalkan hal-hal yang diharamkan Allah Azza wa Jalla dan mengharamkan hal-hal yang dihalalkan-Nya pun akan semakin merajalela...
Saudaraku,
Sebagai refleksi di tahun baru 2022 ini ada baiknya kita memperhatikan nasehat dari Hasan Al-Bashri rahimahullah,
ุฃูุซุฑูุง ู َِู ุงูุฅุณุชุบูุงุฑ ، ูุฅَّููู ูุงุชุฏุฑูู ู ุชู ุชูุฒู ุงูุฑุญู ุฉ
ููุงู ููู ุงู ูุงุจูู:
ูุงุจََُّูู ุนَّูุฏ ูุณุงูู ุงูุฅุณุชุบูุงุฑ ، ูุฅّู ููู ุณุงุนุงุช ูุงูุฑุฏ ุจูุง ุณุงุฆูุงً
"Perbanyaklah beristighfar, karena kalian tidak tahu kapan rahmat Allah turun. Berkata Lukman kepada puteranya: "Hai puteraku biasakanlah lisanmu dengan istighfar, karena Allah memiliki waktu-waktu yang di dalamnya Dia tidak menolak orang yang memohon."
(Lathaif al-Ma'arif, Ibnu Rajab, 291)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa melakukan perenungan, mengambil hikmah dan memperbaiki diri dari setiap peristiwa yang terjadi untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.
_Wallahua'lam bishawab_
WAKTUNYA UNTUK SHOLAT TAHAJUD
*Selamat menunaikan Sholat Tahajud, semoga Allah Azza wa Jalla memberikan kita kemuliaan di dunia dan akhirat...*
*Aamiin Ya Rabb.*
AKU HARUS BERUBAH
Hari demi hari berlalu, dosa demi dosa ku perbuat. Maksiat demi maksiat, semakin membuat hati ini menjadi pekat
Banyak nasehat yang kubaca, tapi seolah berlalu begitu saja
Banyak teguran yang kudapatkan, tapi tak membuatku mengambil pelajaran
Luasnya ampunan & rahmat, sering menjadi alasanku untuk menunda taubat
Padahal aku yakin adanya kematian, tapi diriku masih saja berada dalam kelalaian
Aku yakin adanya surga & neraka, tapi aku tak mempersiapkan bekal untuk menggapainya
Bagaimana jika disaat aku ingin bertaubat, tapi semua sudah terlambat
Bagaimana jika disaat aku tengah berbuat dosa, malaikat Maut datang mencabut nyawa
Duhai Allaah..
Aku ingin hijrah, aku ingin berubah
Aku ingin menjadi lebih bertakwa dari diriku yang sebelumnya
Aku tau ini berat, tapi aku harus kuat
Aku tau ini tak akan mudah, tapi aku tetap harus berubah
(SEMOGA BERMANFAAT UNTUKKU DAN UNTUKMU JUGA SAHABATKU)
memberikan komentar
BalasHapus