Daftar Isi
Daftar Isi
Pendahuluan
Titik Awal Dakwah
Pembentukan Kutlah Sahabat
Titik Tolak Dakwah
Permusuhan terhadap Dakwah
Interaksi Dakwah
Dua Tahapan dari Tahapan Dakwah.
Perluasan Medan Dakwah...
Baiat ‘Aqabah Pertama...
Dakwah di Madinah........
Baiat ‘Aqabah Kedua...
Mendirikan Daulah Islam....
Membangun Masyarakat......
Penyiapkan Suasana Perang
Awal Peperangan.......
Kehidupan di Madinah..
Polemik dengan Yahudi dan Nasrani....
Perang Badar.
Pengusiran Bani Qainuqa’...
Penyelesaian Goncangan di Dalam Negeri.
Perang Ahzab...
Perjanjian Hudaibiah
Pengiriman Utusan ke Negara-negara Tetangga.
Perang Khaibar.
Umrah Qadla.
Perang Mu’tah
Pembebasan Makkah..
Perang Hunain.
Perang Tabuk.
Penguasaan Daulah Islam terhadap Jazirah Arab..
Struktur Daulah Islam.
Kedudukan Yahudi di Mata Daulah Islam.
Keberlangsungan Daulah Islam
Politik Dalam Negeri Daulah Islam.
Politik Luar Negeri Daulah Islam..
Pembebasan Islam Dilakukan untuk Penyebaran Islam.
Pengintensifan Pembebasan Islam..
Peleburan Bangsa-bangsa...
Faktor-faktor Kelemahan Daulah Islam.
Lemahnya Daulah Islam..
Serangan Misionaris.
Perang Salib
Pengaruh Serangan Misionaris..
Serangan Politik pada Dunia Islam..
Melenyapkan Daulah Islam..
Upaya Merintangi Tegaknya Daulah Islam.
Mendirikan Daulah Islam Kewajiban Kaum Muslim
Rintangan-rintangan Mendirikan Daulah Islam
Bagaimana Mendirikan Daulah Islam
Rancangan Undang-undang Dasar
Pendahuluan
Generasi sekarang belum pernah menyaksikan Daulah Islam yang
menerapkan Islam. Begitu pula generasi yang hidup pada
akhir masa Daulah Islam (Daulah Utsmaniyah) yang berhasil
diruntuhkan Barat. Mereka hanya dapat menyaksikan sisa-sisa
negara tersebut dengan secuil sisa-sisa Pemerintahan Islam. Karena
itu, sulit sekali bagi seorang muslim untuk memperoleh gambaran
tentang Pemerintahan Islam yang mendekati fakta sebenarnya
sehingga dapat disimpan dalam benaknya. Anda tidak akan mampu
menggambarkan bentuk pemerintahan tersebut, kecuali dengan
standar sistem demokrasi yang rusak yang anda saksikan, yang
dipaksakan atas negeri-negeri Islam. Kesulitannya bukan hanya itu.
Masih ada yang lebih sulit lagi yaitu mengubah benak (pemikiran)
yang sudah terbelenggu oleh tsaqafah Barat. Tsaqafah tersebut
merupakan senjata yang digunakan Barat untuk menikam Daulah
Islam, dengan tikaman yang luar biasa, hingga mematikannya.
Barat lalu memberikan senjata itu kepada generasi muda negara
tersebut, dalam kondisi masih meneteskan darah “ibu” mereka yang
baru saja terbunuh, sambil berkata dengan sombong, “Sungguh aku
telah membunuh ibu kalian yang lemah itu, yang memang layak dibunuh
karena perawatannya yang buruk terhadap kalian. Aku janjikan kepada
kalian perawatan yang akan membuat kalian bisa merasakan kehidupan bahagia dan kenikmatan yang nyata.” Kemudian, mereka mengulurkan
tangannya untuk bersalaman dengan si pembunuh, padahal senjata
sang pembunuh itu masih berlumuran darah ibu mereka. Perlakuan
pembunuh itu kepada mereka seperti serigala yang membiarkan
mangsanya lari, lalu dikejar lagi agar dapat ditangkap dan dimangsa.
Mangsanya itu tidak akan bangun lagi kecuali diterkam kembali
hingga darahnya mengucur atau dibanting ke dalam jurang,
kemudian serigala itu memangsanya.
Bagaimana mungkin orang-orang yang benaknya telah
terbelenggu tersebut dapat mengetahui bahwa senjata beracun
yang pernah dipakai untuk mengakhiri Daulah Islam milik mereka
itu adalah senjata yang sama yang dapat menghabisi —selama
mereka berpegang teguh kepadanya— kehidupan dan institusi
mereka. Pemikiran-pemikiran yang mereka usung —seperti
nasionalisme, sekularisme, dan ide-ide lain yang dipakai untuk
menikam Islam— adalah sebagian racun yang sengaja dicekokkan
oleh tsaqafah tersebut kepada mereka. Bab Serangan Misionaris
dari buku Daulah Islam ini —seluruhnya merupakan kenyataan
dan data yang dapat berbicara— menunjukkan kepada kita perihal
sang pembunuh yang sadis itu. Memahamkan kepada kita tentang
berbagai sebab yang mendorongnya melakukan tindakan sadis
tersebut, serta memperlihatkan kepada kita berbagai sarana yang
digunakan untuk merealisir aksinya. Ternyata tidak ada sebab lain,
kecuali dengan maksud untuk melenyapkan Islam dan tidak ada
sarana yang paling penting, kecuali tsaqafah tersebut yang datang
bersamaan dengan serangan para misionaris.
Kaum Muslim telah lupa tentang bahaya tsaqafah ini.
Memang mereka memerangi penjajah, tetapi pada saat yang sama
mereka pun mengambil tsaqafahnya. Padahal, tsaqafah itulah
penyebab terjajahnya mereka, sekaligus terkonsentrasikannya
penjajahan di negeri-negeri mereka. Selanjutnya, mereka
menyaksikan betapa banyak pandangan-pandangannya yang saling
bertentangan, rendah, hina, dan menjijikan. Mereka membalikkan
punggungnya dari orang-orang asing —dengan mengklaim bahwa
hal itu dilakukan untuk memerangi mereka— seraya mengulurkan
tangan kepada Barat dari arah belakang dengan maksud untuk
mengambil racun-racunnya yang mematikan itu, lalu menelannya.
Akibatnya, mereka jatuh tersungkur di hadapannya dalam keadaan
binasa. Orang-orang bodoh menyangka mereka adalah para
syuhada yang gugur di medan perang. Padahal, mereka hanyalah
petarung yang lupa dan sesat.
Apa sebetulnya yang mereka kehendaki? Apakah mereka
menghendaki negara yang tidak berasaskan Islam, ataukah
menginginkan banyaknya negara di negeri-negeri Islam? Sebetulnya
Barat —sejak kekuasaan beralih kepadanya—, telah memberikan
banyak negara kepada mereka untuk menuntaskan makarnya dalam
menjauhkan Islam dari pemerintahan, memecah-belah negeri-negeri
kaum Muslim, serta membius mereka dengan sikap phobi terhadap
kekuasaan. Setiap saat, Barat selalu memberi mereka negara baru
untuk semakin menyesatkan dan menambah perpecahan mereka.
Barat selalu siap memberi mereka lebih banyak lagi, selama mereka
masih mengusung ideologi dan pemahamannya karena mereka
adalah pengikut setia Barat.
Persoalannya bukanlah mendirikan banyak negara,
melainkan membangun negara yang satu di seluruh dunia Islam.
Demikian juga persoalannya bukan mendirikan negara sembarang
negara. Bukan pula membangun sebuah negara yang diberi sebutan
Islam dan berhukum dengan selain yang diturunkan Allah. Bahkan
juga bukan mendirikan sebuah negara yang dinamakan Islam dan
berhukum dengan undang-undang Islam saja tanpa mengemban
Islam sebagai qiyadah fikriyah (kepemimpinan ideologis). Sekali
lagi, persoalannya bukan mendirikan sebuah negara semacam itu,
melainkan membangun sebuah negara yang akan dapat melanjutkan
kehidupan Islami yang terpancar dari akidah; sekaligus menerapkan
Islam di tengah-tengah masyarakat, setelah terlebih dahulu Islam
merasuk ke dalam jiwa, mantap di dalam akal, serta mengemban
dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Daulah Islam bukanlah khayalan seseorang yang tengah
bermimpi, sebab terbukti telah memenuhi pentas sejarah selama 13
abad. Ini adalah kenyataan. Keberadaan Daulah Islam merupakan
sebuah kenyataan di masa lalu dan akan menjadi kenyataan pula di
masa depan, tidak lama lagi. Sebab, faktor-faktor yang mendukung
keberadaannya jauh lebih kuat untuk diingkari oleh jaman atau
lebih kuat untuk ditentang. Saat ini telah banyak orang-orang yang
berpikiran cemerlang. Mereka itu adalah bagian umat Islam yang
sangat haus akan kejayaan Islam.
Daulah Islam bukan sekadar harapan yang dipengaruhi hawa
nafsu, tetapi kewajiban yang telah Allah tetapkan kepada kaum
Muslim. Allah memerintahkan mereka untuk menegakkannya
dan mengancam mereka dengan siksa-Nya jika mengabaikan
pelaksanaannya. Bagaimana mereka mengharapkan ridha Allah,
sementara kemuliaan di negeri mereka bukan milik Allah, Rasul-
Nya, dan kaum Muslim? Bagaimana mereka akan selamat dari
siksa-Nya, sementara mereka tidak menegakkan negara yang
mempersiapkan pasukan, menjaga daerah-daerah perbatasan,
melaksanakan hudud Allah dan menerapkan pemerintahan dengan
segala hal yang telah Allah turunkan?
Karena itu, wajib atas kaum Muslim menegakkan Daulah
Islam, sebab Islam tidak akan terwujud dengan bentuk yang
berpengaruh kecuali dengan adanya negara. Demikian juga, negerinegeri
mereka tidak dapat dianggap sebagai Negara Islam kecuali
jika Daulah Islam yang menjalankan roda pemerintahannya.
Daulah Islam semacam ini, bukan sesuatu yang mudah
(diwujudkan) dengan sekadar mengangkat para menteri —baik
dari individu atau partai— lalu mereka menjadi bagian dalam
struktur pemerintahan. Sesungguhnya jalan menuju tegaknya
Daulah Islam dihampari onak dan duri, penuh dengan berbagai
resiko, dan kesulitan. Belum lagi adanya tsaqafah non-Islam, yang
akan menyulitkan; adanya pemikiran dangkal yang akan menjadi
penghalang; dan pemerintahan yang tunduk pada Barat, yang
membahayakan.
Sesungguhnya orang-orang yang meniti jalan dakwah Islam
untuk mewujudkan Daulah Islam; mereka lakukan itu untuk
meraih pemerintahan, yang akan mereka gunakan sebagai thariqah
dalam melanjutkan kehidupan Islam di negeri-negeri Islam dan
mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Karena itu,
anda saksikan mereka tidak akan menerima pemerintahan parsial,
meskipun banyak hal yang mengodanya. Mereka juga tidak akan
menerima pemerintahan yang sempurna, kecuali jika memberi
peluang untuk menerapkan Islam secara revolusioner.
Buku Daulah Islam ini tidak dimaksudkan untuk menceritakan
sejarah Daulah Islam, melainkan untuk menggambarkan kepada
masyarakat bagaimana Rasul saw. mendirikan Daulah Islam. Juga,
bagaimana orang kafir penjajah itu telah menghancurkan Daulah
Islam dan bagaimana kaum Muslim menegakkan kembali Daulah
Islam agar dapat mengembalikan cahaya bagi dunia yang menerangi
jalan petunjuk dalam kegelapan.[]
Selengkapnya : Ad-Daulah Al-Islamiyah : Daulah Islam (Taqiyuddin An-Nabhani)
0 komentar:
Posting Komentar