Buletin Kaffah, No. 121_30
Rabiul Akhir 1441 H-27 Desember 2019 M
MEWUJUDKAN UKHUWAH HAKIKI
Seruan “Selamatkan
Muslim Uighur!” beberapa hari ini terus bergema di media sosial di Tanah Air.
Penindasan terhadap kaum Muslim di Propinsi Xinjiang oleh Pemerintah Komunis
Cina telah menggerakkan spirit ukhuwah
islamiyyah. Berbagai aksi juga
digelar di sejumlah daerah. Termasuk di depan Kedubes Cina. Mereka menyampaikan
protes keras atas tindak represif terhadap Muslim Uighur.
Sayang,
sejauh ini respon para pemimpin Dunia Islam, termasuk Indonesia, terhadap persoalan
Uighur amat lemah. Diduga kuat lemahnya sikap mereka karena Cina sudah menjalin
hubungan ekonomi kuat, termasuk dengan Indonesia, yang diikat oleh utang dan
investasi. Di Indonesia, investasi Cina ada di peringkat ketiga. Nilainya sebesar
2,3 miliar dolar AS atau 16,2 persen dari total PMA.
Muslim Itu Bersaudara
Sesama
kaum Mukmin telah Allah SWT tetapkan sebagai saudara. Islam telah menghilangkan
berbagai sekat perbedaan; suku bangsa, ras, warna kulit dan status sosial. Allah
SWT berfirman:
﴿إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ﴾
Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) di antara kedua saudara kalian itu
(TQS
Hujurat [49]: 10).
Bahkan
kuat atau lemahnya persaudaraan dengan sesama Mukmin menentukan kualitas
keimanan seseorang. Baginda Nabi saw. bersabda:
«لا
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»
Belum sempurna iman seseorang sampai
ia mencintai bagi saudaranya apa saja yang ia cintai untuk dirinya sendiri (HR Muslim).
Karena
itu kecintaan hakiki kepada sesama Muslim tercermin dari sikap yang senantiasa
menginginkan saudaranya mendapatkan kebaikan, sebagaimana ia menginginkan kebaikan
untuk dirinya. Juga tidak rela saudaranya tertimpa keburukan, sebagaimana ia
pun tak menghendaki keburukan itu menimpa dirinya. Inilah hubungan laksana satu
tubuh sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw.:
«مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ
إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى»
Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal cinta
dan kasih sayang mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh
sakit maka seluruh tubuh terjaga (tak bisa tidur) dan merasakan demam (HR
Muslim).
Karena
itu tentu ironi jika para penguasa Muslim malah membiarkan sesama Muslim
ditindas dan dibunuh kaum kafir, sedangkan mereka menonton belaka. Tidak
memberikan bantuan dan pembelaan. Bahkan mereka bersekutu dengan para
penindasnya. Padahal Nabi saw. telah bersabda:
«الْمُسْلِمُ
أَخُو الْمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يُسْلِمُهُ»
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim
yang lain. Janganlah ia menzalimi dan menyerahkan saudaranya (kepada musuh) (HR
al-Bukhari).
Membiarkan
sesama Muslim tertindas bukan hanya merusak amal dan menyebabkan dosa, tetapi
juga akan mengundang ancaman Allah SWT berupa datangnya bencana besar. Firman-Nya:
﴿وَالَّذِينَ
كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ
وَفَسَادٌ كَبِيرٌ﴾
Orang-orang kafir itu, sebagian mereka menjadi pelindung
bagi sebagian yang lain. Jika kalian (kaum Muslim) tidak melaksanakan apa yang
telah Allah perintahkan itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar (TQS al-Anfal [8]: 73).
Imam
ath-Thabari menjelaskan kalimat ‘tidak melaksanakan apa yang telah Allah
perintahkan itu’
bermakna tidak memberikan pertolongan. Padahal Allah SWT telah memerintah kita untuk
menolong kaum Mukmin yang meminta pertolongan:
﴿وَإِنِ
اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ﴾
Jika mereka meminta pertolongan
kepada kalian dalam urusan (pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan
pertolongan (TQS al-Anfal [8]: 72).
Perangkap Cina
Ada
dua hal yang menyebabkan lunturnya ukhuwah islamiyyah dari dada umat,
khususnya para penguasanya: Pertama,
munculnya sikap ta’ashub ‘ashabiyyah (fanatisme kelompok, kesukuan/kebangsaan
atau nasionalisme) yang menggeser spirit ukhuwah islamiyyah. Hal ini
bertolak belakang dengan ajaran Islam. Rasulullah saw. sudah mengingatkan kaum Muslim
agar menjauhi sikap ‘ashabiyyah:
«لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ»
Tidak termasuk golongan kami orang
yang menyerukan 'ashabiyah. Tidak termasuk golong kami orang yang berperang
atas dasar 'ashabiyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang mati di atas
dasar 'ashabiyah (HR Abu Dawud).
Kedua, kepentingan
ekonomi. Dengan dalih pinjaman dan investasi, para penguasa negeri-negeri
Muslim jinak di hadapan negara-negara asing. Ini pula yang terjadi pada
penguasa negeri ini.
Selain itu, Pemerintah Komunis China dikabarkan juga
menggelontorkan banyak uang kepada sejumlah ormas Islam dengan tujuan sama:
membungkam suara mereka (Wall Street Journal, 11/12/2019). Pemerintah
Cina juga menawarkan beasiswa kepada pelajar Muslim di Indonesia untuk kuliah
ke negeri Tiongkok.
Tidak
heran jika sejumlah pejabat dan tokoh Muslim di Indonesia seperti masuk angin.
Meski tidak terang-terangan, mereka membenarkan tindakan represif pemerintah
Komunis Cina kepada Muslim Uighur sebagai kebijakan deradikalisasi, kontra
terorisme dan melawan separatisme. Mereka seolah tak peduli bahwa tindakan
represif Pemerintah Cina amat brutal seperti memisahkan orangtua dengan anak;
memaksa Muslim minum khamr, makan daging babi; melarang shalat dan puasa, juga membaca
al-Quran; memenjarakan kaum Muslimah bahkan memperkosa dan membunuh mereka.
Namun, para pejabat dan tokoh itu bergeming. Seperti mati rasa. Inilah yang
diingatkan Allah, yakni orang yang hatinya keras melebihi batu (Lihat: QS al-Baqarah
[2]: 74).
Padahal
Allah SWT telah mengharamkan kaum Muslim bersekutu dengan kaum kafir. Apalagi
yang menindas dan menumpahkan darah kaum Muslim (Lihat: QS Ali
Imran [3]: 118). Allah
SWT juga melarang kita memberikan celah kepada orang-orang kafir untuk
menguasai kaum Muslim (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 141). Termasuk
lewat utang dan investasi.
Ukhuwah
Hakiki
Umat
Islam adalah ummmah wâhidah (umat yang satu). Umat ini
memiliki akidah dan syariah yang sama. Umat ini satu sama lain ditetapkan oleh
Allah SWT sebagai ikhwah (saudara). Umat Islam digambarkan
Rasulullah saw. ka al-jasad al-wâhid (laksana satu tubuh).
Ukhuwah yang demikian kuat itu hanya akan dapat diwujudkan secara nyata ketika
ada yang menyatukan umat dalam satu negara. Itulah Khilafah.
Sebaliknya,
ketiadaan Khilafah, seperti saat ini, menyebabkan umat Islam tercerai-berai dalam
banyak negara. Karena faktor nasionalisme, masing-masing negara sibuk dengan
urusannya sendiri-sendiri. Tak peduli dengan nasib saudaranya yang lain.
Lihatlah penderitaan kaum Muslim akibat ditindas oleh kaum kafir di Palestina,
Irak, Suriah, Myanmar, India dan tentu Xinjiang. Tidak ada satu pun penguasa
negeri Islam yang mengirimkan pasukan untuk membela saudara-saudaranya itu.
Berbeda dengan saat ada Khilafah. Sebabnya,
kata Rasulullah saw.:
«إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ
مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»
Imam
(Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim diperangi (oleh kaum kafir) di
belakang dia dan dilindungi oleh dirinya
(HR Muslim).
Apa
yang disabdakan Rasulullah saw. di atas dibuktikan dalam sejarah. Antara lain
oleh Khalifah Al-Mu’tashim Billah yang sukses menaklukkan Kota Amuriyah, kota
terpenting bagi imperium Romawi saat itu, selain Konstantinopel.
Al-Qalqasyandi
dalam kitabnya, Ma’âtsir al-Inâfah, menjelaskan salah satu sebab
penaklukan kota itu pada tanggal 17 Ramadhan 223 H. Diceritakan bahwa penguasa
Amuriyah, salah seorang raja Romawi, telah menawan wanita mulia keturunan
Fathimah ra. Wanita itu disiksa dan dinistakan hingga berteriak dan menjerit
meminta pertolongan.
Menurut
Ibn Khalikan dalam Wafyah al-A’yan, juga Ibn al-Atsir dalam Al-Kâmil
fî at-Târîkh, saat berita penawanan wanita mulia itu sampai ke telinga
Khalifah Al-Mu’tashim Billah, saat itu sang Khalifah sedang berada di atas
tempat tidurnya. Ia segera bangkit dari tempat tidurnya seraya berkata, “Aku
segera memenuhi panggilanmu!” Tidak berpikir lama, Khalifah Al-Mu’tashim Billah
segera mengerahkan sekaligus memimpin sendiri puluhan ribu pasukan kaum Muslim
menuju Kota Amuriyah.
Terjadilah
peperangan sengit. Kota Amuriyah pun berhasil ditaklukkan. Pasukan Romawi bisa
dilumpuhkan. Sekitar 30 ribu tentaranya terbunuh. Sebanyak 30 ribu lainnya
ditawan oleh pasukan kaum Muslim. Sang Khalifah pun berhasil membebaskan wanita
mulia tersebut. Semoga Allah SWT merahmati Al-Mu’tashim Billah.
Semoga
saja umat Islam di seluruh dunia segera bisa mewujudkan ukhuwah yang hakiki.
Semoga mereka segera memiliki Khilafah, juga pemimpin pemberani yang mengayomi—seperti
Khalifah Al-Mu’tashim Billah—yang akan menaklukkan Amerika, Eropa, Rusia dan
Cina; menyatukan berbagai negeri Islam; menjaga kehormatan kaum Muslim; dan
menolong kaum tertindas. Insya Allah, masa yang mulia itu akan segera tiba karena
memang telah di-nubuwwah-kan oleh Rasulullah saw.:
«ثُمّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
Kemudian
akan datang kembali masa Khilafah yang mengikuti metode kenabian (HR Ahmad). []
Hikmah:
Allah
SWT berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً
مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ
مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ
إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan teman kepercayaan kalian orang-orang
yang di luar kalangan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemadaratan atas kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah
nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka
adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat
(Kami) jika kalian memahaminya.
(TQS
Ali Imran [3]: 118). []
0 komentar:
Posting Komentar