SERUAN HANGAT KEPADA SEGENAP TOKOH & ULAMA PEMIMPIN UMAT
Oleh : Nasrudin Joha
Bismillah,
Kami menyadari, betapa berat menanggung beban memimpin umat, untuk melakukan perlawanan pada rezim zalim. Kami paham, diantara beban itu membuat ulama dan tokoh umat ini harus uzlah, menjauh dari kaumnya, bangsanya, dan kampung halamannya.
Kami dapat merasakan, ketulusan dan keihlasan perjuangan, tak akan mampu tergerus kompensasi apapun yang ditawarkan rezim. Kami juga mampu mengindera, rencana mengikat rekonsiliasi hanyalah strategi. Namun, Sadarkah kita sedang mencoba mengikat komitmen dengan siapa ?
Apakah kita cukup yakin, menerima janji kesetiaan dari rezim yang gemar berdusta ? Apakah kita, merasa selamat mengikat rekonsiliasi, padahal setiap saat rezim bisa berlepas diri dan cuci tangan terhadapnya ?
Kami, tak pernah mengkerdilkan seluruh perjuangan dan pengorbanan tokoh kami, ulama kami, yang telah berada di garis depan perjuangan. Mengenai hal itu, cukuplah Allah SWT yang menjadi dzat sebaik-baik pemberi balasan.
Namun kami ingin menegaskan tekat kami, yang tetap berada di garis perlawanan ini, agar diketahui ulama dan tokoh kami, agar mereka semakin yakin mengambil opsi melawan dan segera menghapus opsi rekonsiliasi. Sebab, kita tidak mungkin mengulang rekonsiliasi yang menyebabkan Diponegoro ditawan oleh Belanda.
Rezim culas ini, telah menunjukan watak kompeni, yang tak mungkin kita beri kepercayaan, baik di hadapan publik apalagi dalam pertemuan yang dihadiri hanya beberapa pasang mata. Kita, tak mungkin menyerahkan leher untuk disembelih, padahal kita memiliki kekuatan untuk melawan.
Kepada para tokoh dan ulama pemimpin umat,
Kami tidak akan pernah berkata "pergilah, bertarunglah melawan rezim. Sementara kami akan duduk duduk menunggu hasilnya".
Kami akan mengambil sikap sebagaimana Hawariyun terhadap Isa AS, kami akan mengambil posisi sebagaimana sahabat terhadap Nabi SAW. Kami akan katakan : "Berangkatlah, Bertarunglah, niscaya kami akan selalu berada bersama Anda dalam barisan perlawanan".
Apa yang telah kami korbankan terlampau banyak, sebagaimana yang telah Anda ketahui. Luka hati kami tak mungkin dijahit, hanya dengan komitmen rekonsiliasi.
Yang kami butuhkan adalah keteguhan iman, konsistensi para tokoh dan ulama untuk terus berada di barisan perjuangan dan perlawanan. Ingat ! Kita berjuang, bukan hanya untuk dan atas nama kita, tetapi juga atas nama barisan yang telah Syahid juga atas nama generasi pewaris bangsa.
Apakah kita akan mewariskan bangsa ini dalam keadaan rusak binasa ? Lantas, apa yang akan kita katakan kepada para Syuhada kelak di akherat, ketika kita mengambil opsi bersalaman, berpelukan dengan rezim yang tangannya berlumuran darah ?
Perjuangan ini tidak lama, paling lama hingga ajal menjemput. Sementara, ajal bisa kapan saja datang.
Jika ajal itu datang besok, maka perjuangan ini hanya sampai besok. Jika ajal itu datang 3 tahun lagi, maka perjuangan ini hanya tinggal 3 tahun lagi. Jika ajal ini menjemput, setelah Anda membaca tulisan ini, maka selesailah perjuangan itu.
Selanjutnya, di akherat kita dipertemukan kembali, dengan orang beriman dan beramal shaleh. Dipertemukan, dengan Syuhada 21-22 Mei. Saat pertemuan itu, kita akan mampu mengangkat kepala dan membanggakan diri, karena kita telah menjemput ajal sebagai kaum pejuang, sebagaimana mereka yang telah lebih dahulu menjemput predikat Syuhada.
Jadi mohon untuk diperhatikan, sekali-kali tidak ada ruang bagi umat ini untuk melakukan rekonsiliasi dengan rezim curang. Karenanya, Anda wajib memimpin umat ini untuk terus melakukan perlawanan. [].
0 komentar:
Posting Komentar