*ABAH MARNO; SOSOK PENDAKWAH YANG LEMBUT, SABAR DAN ISTIQOMAH*
(Mengenang Almagfurlah KH. Drs. Sumarno, Wringinanom, Gresik)
Abah Marno adalah sosok pendakwah yang lembut, sabar, dan istiqomah. Beliau juga teguh memegang prinsip yang diyakininya meski harus mendapat tantangan saat menyampaikannya kepada masyarakat.
Sejak mulai mengenal sosok beliau, saya dibuat kagum. Karena dengan kelembutan dan kesabaran dalam dakwah, beliau mampu menciptakan lingkungan yang agamis di tengah masyarakat yang awalanya terkategori daerah abangan.
Pribadi beliau juga sangat akrab dan tidak terkesan merasa seorang Kyai besar. Beliau beberapa kali meminta saya untuk jadi khotib Idul Fitri, Idul Adha, maupun khutbah jumat di masjid beliau. Bahkan saya pernah diminta tausiyah walimatul ‘ursy ketika putra beliau dinikahkan. Abah Marno sangat dekat dan bersahaja. Akrab dengan siapapun meski usianya lebih muda dibanding beliau. Saya merasa bahwa beliau adalah orang tua saya sendiri.
Saat sekitar sebulan yang lalu saya berkunjung ke tempat Abah, sapaan akrab KH. Drs. Sumarno, kami terlibat obrolan santai yang lumayan lama. Saya berupaya menggali bagaimana kiat sukses dakwah. Beliau bercerita bagaimana awal berdakwah di tengah masyarakat yang masih hobi adu ayam, miras dan judi, dan tentu saja banyak yang tidak solat lima waktu. Dengan ketelatenan Abah, akhirnya masyarakat semakin lama semakin sadar dan mau meninggalkan perbuatan buruk yang mereka lakukan.
Abah bercerita, selalu menggunakan kesempatan apapun untuk berdakwah, Termasuk saat ada orang yang meninggal. Saat pemakaman orang meninggal Abah memanfaatkannya sebagai waktu yang tepat untuk berdakwah.
Meski mendapatkan halangan dan bahkan fitnah, Abah Marno terus berdakwah di tengah masyarakat. Dan sebagai salahsatu ikhtiarnya dalam berdakwah beliau mendirikan sebuah pesantren yang diberi nama Al Huda di kecamatan Wringinanom. Saat ini pondok pesantren tersebut menjadi tempat belajar sekitar 800 orang siswa dan siswi. Beliau juga mendirikan masjid yang cukup besar yang bisa menampung 3000 jamaah di dekat rumahnya yaitu Masjid Baitut Taubah.
Sosok Abah Marno yang saya kagumi beliau sangat dekat dengan berbagai kalangan umat dari berbagai mazhab maupun kelompok. Dan selalu mendukung upaya dakwah yang bertujuan meninggikan kalimah Allah. Beliau tidak fanatik pada golongan tertentu. Abah Marno sering datang ke acara yang ditujukan untuk mengopinikan pentingnya penegakan syariah dan khilafah, baik sebagai pembicara maupun peserta. Bahkan disaat beliau sudah mulai sakit-sakitan.
Saya sering menjadi pembicara bersama beliau dalam forum yang kami gelar. Terakhir adalah saat acara Liqo Syawal pada 20 Juni 2019 di Masjid Baitut Taubah, Wringinanom, yang beliau pimpin.
Abah Marno selalu memberikan support agar para pendakwah dan pejuang syariah dan khilafah terus istiqomah dalam berdakwah. Beliau menasehati kami agar memperhatikan perintah-perintah Allah swt. sebagai syarat diturunkannya pertolongan Allah. Abah juga memberi motivasi kepada kami agar tidak boleh takut saat memperjuangkan agama Allah. Tidak boleh takut miskin, tidak usah takut mati kelaparan, Katanya. Abah Marno meyakinkan kami, bahwa setiap yang bernyawa pasti sudah ada rizkinya.
KH. Drs. Sumarno hari ini, Rabu, 10 Juli 2019 telah pergi meninggalkan kita semua. Sosok yang penuh semangat, santun, dan istiqomah dalam dakwah itu penting untuk menjadi teladan bagi kita semua. Semoga kita bisa melanjutkan perjuangan beliau hingga tegaknya islam secara kaaffah.
Teriring doa semoga amal ibadah Abah diterima disisi Allah Swt., diampuni dosanya, dan ditempatkan di tempat terbaik di sisiNya. Dan keluarganya diberi ketabahan dan bisa melanjutkan perjuangan beliau dalam ‘izzul islam walmuslimin.
- Adam Cholil Al Bantaniy --
0 komentar:
Posting Komentar