MAKNA SA'I ANTARA SHAFA DAN MARWAH MENURUT IMAM AL GHAZALI
Berkenaan dengan ramainya perbincangan mengenai "dzikir pancasila" dan "dzikir ya lal wathon" pada saat sa'i yang dibaca oleh sebagian jama'ah umrah Indonesia, bagus kiranya kita merenungkan penjelasan al Imam al-Ghazali, di dalam kitabnya, Ihya' Ulumiddin, sebagai berikut:
وأما السعي بين الصفا والمروة في فناء البيت: فإنه يضاهي تردد العبد بفناء دار الملك جائياً وذاهباً مرة بعد أخرى إظهاراً للخلوص في الخدمة ورجاء للملاحظة بعين الرحمة
Adapun sa'i antara Shafa dan Marwah, (yg berada) di halaman Baitullah, sesungguhnya mirip dengan mondar-mandirnya seorang hamba di halaman rumah sang raja, hal itu ia lakukan berulang kali dengan menunjukkan ketulusan dalam berkhidmat dan berharap memperoleh pandangan kasih sayang dari sang raja.
كالذي دخل على الملك وخرج وهو لا يدري ما الذي يقضي به الملك في حقه من قبول أو رد؟
Mirip seorang yang menghadap raja, lalu dia keluar, sedangkan dia tidak tahu apa keputusan raja untuknya; apakah diterima atau ditolak?
فلا يزال يتردد على فناء الدار مرة بعد أخرى يرجو أن يرحم في الثانية إن لم يرحم في الأولى.
Oleh sebab itu, ia terus menerus mondar-mandir di halaman rumah, dengan harapan mendapat kasih sayang pada kali yg kedua, jika belum ia dapatkan pada kali yg pertama.
وليتذكر عند تردده بين الصفا والمروة تردده بين كفتي الميزان في عرصات القيامة وليمثل الصفا بكفة الحسنات والمروة بكفة السيئات.
Hendaknya seorang yang sa'i antara Shafa dan Marwah selalu mengingat seolah dia sedang mondar mandir antara dua piringan timbangan di Hari Kiamat. Hendaknya dia membayangkan Shafa sebagai piringan timbangan yang berisi amal kebaikan, sedangkan Marwah adalah piringan timbangan yg berisi amal keburukan.
وليتذكر تردده بين الكفتين ناظراً إلى الرجحان والنقصان متردداً بين العذاب والغفران.
Dan hendaknya dia selalu mengingat mondar-mandirnya antara dua piringan timbangan itu, sembari memandang mana yg lebih berat dan mana yg lebih ringan, berada pada dua kemungkinan; mendapatkan ampunan atau siksaan.
========
Begitulah al-Ghazali menggambarkan aktivitas sa'i antara Shafa dan Marwah. Penuh dengan penghayatan, kesyahduan, harap-harap cemas, menakutkan, dan menggetarkan. Sehingga sa'i akan menjadi sangat bermakna dan tentu tidak sempat berbicara kecuali berdzikir, berdoa, dan berharap ampunan Allah subhanahu wa ta'ala. Bukan malah dibuat gurauan, melagukan yel-yel yang aneh-aneh, dan jauh dari kekhusyuan Ibadah kepada Allah. (Utsman Zahid as-Sidani)
@raudhahtsaqafiyah
Berkenaan dengan ramainya perbincangan mengenai "dzikir pancasila" dan "dzikir ya lal wathon" pada saat sa'i yang dibaca oleh sebagian jama'ah umrah Indonesia, bagus kiranya kita merenungkan penjelasan al Imam al-Ghazali, di dalam kitabnya, Ihya' Ulumiddin, sebagai berikut:
وأما السعي بين الصفا والمروة في فناء البيت: فإنه يضاهي تردد العبد بفناء دار الملك جائياً وذاهباً مرة بعد أخرى إظهاراً للخلوص في الخدمة ورجاء للملاحظة بعين الرحمة
Adapun sa'i antara Shafa dan Marwah, (yg berada) di halaman Baitullah, sesungguhnya mirip dengan mondar-mandirnya seorang hamba di halaman rumah sang raja, hal itu ia lakukan berulang kali dengan menunjukkan ketulusan dalam berkhidmat dan berharap memperoleh pandangan kasih sayang dari sang raja.
كالذي دخل على الملك وخرج وهو لا يدري ما الذي يقضي به الملك في حقه من قبول أو رد؟
Mirip seorang yang menghadap raja, lalu dia keluar, sedangkan dia tidak tahu apa keputusan raja untuknya; apakah diterima atau ditolak?
فلا يزال يتردد على فناء الدار مرة بعد أخرى يرجو أن يرحم في الثانية إن لم يرحم في الأولى.
Oleh sebab itu, ia terus menerus mondar-mandir di halaman rumah, dengan harapan mendapat kasih sayang pada kali yg kedua, jika belum ia dapatkan pada kali yg pertama.
وليتذكر عند تردده بين الصفا والمروة تردده بين كفتي الميزان في عرصات القيامة وليمثل الصفا بكفة الحسنات والمروة بكفة السيئات.
Hendaknya seorang yang sa'i antara Shafa dan Marwah selalu mengingat seolah dia sedang mondar mandir antara dua piringan timbangan di Hari Kiamat. Hendaknya dia membayangkan Shafa sebagai piringan timbangan yang berisi amal kebaikan, sedangkan Marwah adalah piringan timbangan yg berisi amal keburukan.
وليتذكر تردده بين الكفتين ناظراً إلى الرجحان والنقصان متردداً بين العذاب والغفران.
Dan hendaknya dia selalu mengingat mondar-mandirnya antara dua piringan timbangan itu, sembari memandang mana yg lebih berat dan mana yg lebih ringan, berada pada dua kemungkinan; mendapatkan ampunan atau siksaan.
========
Begitulah al-Ghazali menggambarkan aktivitas sa'i antara Shafa dan Marwah. Penuh dengan penghayatan, kesyahduan, harap-harap cemas, menakutkan, dan menggetarkan. Sehingga sa'i akan menjadi sangat bermakna dan tentu tidak sempat berbicara kecuali berdzikir, berdoa, dan berharap ampunan Allah subhanahu wa ta'ala. Bukan malah dibuat gurauan, melagukan yel-yel yang aneh-aneh, dan jauh dari kekhusyuan Ibadah kepada Allah. (Utsman Zahid as-Sidani)
@raudhahtsaqafiyah
0 komentar:
Posting Komentar