[LUKA DUNIA DI 3 MARET 1924]
#Vier A. Leventa (GEMA Pembebasan Yogyakarta).
Hari itu telah menjadi jahanam bagi bumi. Langit dipermainkan benci yang bersemayam dalam diri para pengkhianat. Semesta merawung kehilangan keseimbangan. Keruntuhan sebuah institusi yang menjanjikan Firdaus itu telah terkubur ke dalam tanah lembab yang dalam. Segala makhluk pecinta surga menangis dalam bisu. Sedang pengkhianat terbahak dalam tertawaan semu.
Kami bukanlah seorang saksi, kami hanya anak sang sejarah, yang terlahir di antara puing-puing keserakahan, kesombongan, dan pengkhiantan itu. Kami telah berdialog dengan waktu yang berlalu. Dan kami mulai mengenal siapa mereka para pembenci, dan siapa pula para pecinta. Sekat keduanya, tabir itu sudah terburai menampakkan borok dan bebauan lainnya.
93 tahun yang lalu. Tepat 3 maret 1924. Secara de jure dan de facto, telah terjadi penghancuran menara, pedang, dan tameng suci kaum muslimin sedunia.
LAHIRNYA PENGKHIANATAN
Musthafa Kemal Pasha, lahir pada tahun 1881, di Salonika, Turki. Seorang turki yang di dalam dirinya mengalir darah seorang Psikopatis. Pembunuh berdarah dingin. Dia lahir dari keluarga yang sederhana. Tak ada yang istimewa memang. Tapi, dialah sang pelaku itu.
Merangkak dari kedalaman, menuju ke permukaan. Ia hadir untuk memimpin sebuah gerakan perubahan. Di satu sisi, ada kebanggaan padanya. Kecerdasan di atas normal yang ia miliki. Keinginan sekeras batu yang menancap di kepala dan hatinya. Kekuatan tekat dan pikirannya telah menembus ribuan kepala untuk berada dalam barisannya. Ia memimpin sebuah “Revolusi Jahanam", yang mematikan segala sendi Ke-Islaman yang berpusat di Utsmani atau sekarang lebih kita kenal dengan Turki.
Musthafa muncul melalui perjalanan yang panjang. Ia adalah anak yang keras kepala, soliter, dan penyendiri. Saat berumur 12 tahun ia dimasukkan oleh ibunya ke sekolah militer, dan sebelumnya ia sempat keluar dari sekolah karena dendamnya pada sang guru. Kemudian di sekolah militer inilah Musthafa mendapatkan dunianya. Sifatnya yang keras kepala, otaknya yang cerdas, dan kerja kerasnya membuat dia dapat menyelesaikan sekolah dengan baik, dan mulai mendapatkan pengaruhnya.
Beranjak dewasa, pada tahun 1905, Musthafa bergabung ke dalam sebuah organisasi yang bernama Vatan atau “Tanah air”. Organisasi ini sangat menentang kekuasaan Sultan Hamid II, sebab Sultan memberangus pemikiran liberal dan segala jenisnya, dan mereka sangat membenci perlakuan itu. Tidak lama bergabung, Musthafa menjadi pemimpin dalam organisasi ini.
Pada tahun 1918. Di akhir gejolak perang, Musthafa kembali menekuni kemiliteran, dan ia mulai mendapatkan pengaruh yang lebih besar. Hingga di penghujung perang dunia pertama, ia memimpin pasukan pertahanan Turki melawan sekutu, dan dapat mengalahkan Yunani. Ia semakin besar kepala, dan langkahnya menguasai Turki terbuka lebar. Ia digadang-gadang sebagai pahlawan nasional.
Tapi, kita tahu itu hanyalah permainan bangsa Eropa untuk menghancurkan Institusi Negara Utsmani.
Saat itu turki Utsmani memang sedang dalam keadaan terjepit, berada dalam kepungan kaum bar-bar yang sedang berebut kekuasaan dalam perang dunia pertama, antara tahun 1914-1918. Walau sebenarnya sebelum tahun-tahun itu, keadaan juga telah genting, sebab rongrongan dari beberapa wilayah Kesultanan lainnya yang ingin melepaskan diri mereka dari kepemimpinan terpusat Utsmani. Bisikan-bisikan nasionalisme, bisikan kesukuan dan kebangsaan telah menutup kuping mereka, hingga tuli dari kebenaran Kesatuan islam.
KEGONCANGAN MELANDA
Utsmani adalah sebuah institusi negara yang merangkul kaum muslimin sedunia dalam satu lingkaran yang kokoh. Menerapkan segala ajaran Islam ke dalam setiap lini kehidupan. Selama berabad-abad lamanya kepemimpinan ini menaungi dunia, bahkan hingga 2/3 dunia ada di bawahnya. Tanyakan pada sejarah, ia tak akan berbohong. Tak ada zaman yang seindah zaman itu. Adalah era saat Islam memimpin.
Tapi, memasuki abad-abad belakangan, keseimbangannya mulai goyah, kekuatan yang dimiliki oleh utsmani sulit untuk dipertahankan.
Abad ke 14, cikal bakal renaissans Eropa telah muncul di kota Florence, Italia, setelah sekian lama mereka terbenam dalam lautan kegelapan. Dan semangat itu kian hari kian menyebar hampir di setiap dataran eropa.
Hingga tercetuslah revolusi-revolusi di Eropa secara beruntut. Abad ke-18 dimulai dengan Revolusi Perancis di masa Napoleon Bonaparte. Lalu berlanjut dengan Revolusi Industri Inggris. Dan kemudian menjalar ke mana-mana di seluruh Eropa, hingga mereka mendapatkan bentuk baru dalam kehidupan.
Tatanan dunia baru telah tercipta.
Semangat renaissans telah merasuk ke dalam jiwa dan pikiran orang-orang Eropa. Kemenangan bagi kaum cendikia dan filosof atas kaum gerejawan. Abad kegelapan yang diduga karena kesalahan kaum rohaniawan gereja, dengan aturan mereka yang memenjarakan akal, berhasil ditembus hingga roboh. Akhirnya kerajaan akal yang dipimpin oleh dasar memisahkan agama dari kehidupan mengalir. Perlahan tapi pasti, Eropa mulai bangkit. Industri, teknologi, dan bermacam-macam paham lahir dan meledak di tengah-tengah masyarakat Eropa. Dan terjadilah hal ini sampai abad millennium baru. Abad ke 20.
Di saat yang sama, namun di sisi yang lain, Utsmani mulai kehilangan kendalinya. Paham-paham yang berkembang di dataran Eropa telah beredar di tengah masyarakat Islam. Mengorek-ngorek kepercayaan mereka. Hingga pada puncaknya di awal abad ke-20. Peluru itu menembus jantung kekuatan Islam di Turki Utsmani.
Turki Utsmani memang sempat menjadi sekutu Jerman pada perang dunia pertama. Namun, ini salah satu kesalahan besar yang dilakukan. Ikut sertanya Utsmani dalam perang, telah menambah beban. Di satu sisi penggerogotan paham yang terjadi di wilayah Utsmani telah menjadi virus. Pembangkangan wilayah yang ingin bediri sendiri, di Kairo, Baghdad, dan sekitarnya menambah kelemahan ini. Inggris dan Perancis membisikkan ayat-ayat setan mereka pada penguasa setempat untuk memisahkan diri.
Utsmani kocar kacir. Musthafa Kemal mengambil kesempatan emas ini. Naik ke atas podium, meniupkan hawa kebencian ke telinga rakyat Turki kepada Sultan Abdul Hamid II. Bahwa Sultan tak becus memimpin dengan segala institusinya. Kaum turki muda berada dalam barisan pemimpin revolusi jahanam ini.
Pada 1908 sebenarnya secara de jure saja, Khalifah Utsmani tak lagi berkuasa, beliau hanya menjadi pajangan dan tanda seremonial. Partai Turki Muda bersama komite persatuan dan kemajuan telah menurunkan jabatannya.
Baru pada tahun 1924, tepat tanggal 3 maret setelah Musthafa berhasil menjadi kepala Negara Republic Turki Sekuler, Institusi Negara Islam Utsmani secara De jure dan De Facto di hapuskan. Segala Undang-undang Islam dihapus dan diubah oleh Musthafa. Dan segala lini kehidupan terlepas dari hukum-hukum Islam.
Musthafa benar-benar adalah seorang sekularis-liberal yang laknat. Sultan Hamid II beserta keluarganya pun terusir ke Swiss.
Tapi, ini tidak berarti naiknya Musthafa dengan keridhoan kaum muslim. Tercatat selama pemerintahannya ia menyatakan keadaan perang sebanyak Sembilan kali. Jutaan penduduk Turki mengutuknya.
Di Kurdi, pada tahun 1926 terjadi pemberontakan bersenjata. Empat puluh enam kepala suku digantung di depan umum. Syaikh Said, pemimpin suku Kurdi, berkata sebelum eksekusi dirinya,
“Saya tidak punya kebencian kepada anda. Anda dan atasan anda, Musthafa Kemal, membenci Tuhan!! Kami harus menyelesaikan tanggung jawab kami di hadapan Tuhan pada Hari Pembalasan.”
Musthafa benar-benar telah menjadi pemimpin diktator “Revolusi Jahanam”, revolusi menggulingkan kekuasaan Islam yang sah. Terlaknatlah ia sepanjang masa. Tapi, sekeras-kerasnya Musthafa, sehebat-hebatnya ia yang bahkan dapat menghancurkan sebuah Isntitusi Negara Islam yang berdiri selama belasan abad, Musthafa tak akan bisa bersembunyi dari mati.
Ia pun mati pada sekitaran tahun 1938 karena radang hati, sebab terlampau banyak mengkonsumsi alkohol, dan ia juga sempat terkena penyakit kelamin, sebab perilaku seksnya yang menyimpang. Begitulah akhir sang pengkhinat semesta.
DENDAM INI HARUS DIPELIHARA
Dan sekarang, tunas-tunas kebangkitan telah mengakar ke setiap celah jiwa kami. Dendam yang membatu, dendam terhadap pengkhiatan kaum laknat. Perjuangan itu kembali bersemai bahkan hanya beberapa saat sejak runtuhnya institusi itu.
Di Negeri kita, Indonesia. Kebangkitan termutakhir itu sudah ada sejak tahun 1921. Dari tahun 1921-1941, Kaum muslim Indonesia telah melakukan 12 kali kongres, untuk menyikapi kondisi umat Islam, terutama adalah permasalahan runtuhnya Institusi Negara Islam Utsmani yang selama ini menaungi seluruh kaum muslim dunia. Bahkan pada tanggal 24-26 Desember 1924 dicetuskan sebuah wadah bernama Central Comitte Chilafat Islam, yang mengurusi permasalahan ini.
Selain itu, yang tercatat oleh sejarah adalah berdirinya partai Islam Masyumi. Di mana dalam diri masyumi, tergabung segala macam elemen, organisasi, ormas, dan partai kaum muslimin. Di antaranya adalah NU, Muhammadiyah, PII, PSII, Penjadar, Persis, dan lain-lain. Partai ini beranggotakan hingga jutaan orang. Partai inilah yang terus memperjuangkan tegaknya Islam beserta segala aturannya di bumi Allah.
Para tokoh di dalamnya yang berjuang sangat ikhlas untuk Islam. Sebut saja KH. Hasyim Asy'ari, Prawoto Mangkusasmito, M. Natsir, Buya Hamka, Muhammad Roem, dan kawan-kawan.
Walaupun akhirnya, sejarah juga mencatat perjuangan kaum muslimin yang ikhlas itu telah digagalkan pula oleh rezim orde pengkhinat, Soekarno. Presiden yang mengingkari janjinya. Berdusta atas nama Tuhan. Telah menjadikan negeri ini jauh dari Tuhan.
Dan kini kami berdiri di atas puing-puing sejarah itu. Dan kita lihat kini, dendam itu kian membatu. Membeku. Ingin menghantam sisa-sisa pengkhianatan.
Kini mulai bergema kembali kata Revolusi itu, bak serangan cahaya matahari di pagi hari yang buta. Tak akan bisa dicegah. Kami telah melihat sejarah pengkhinatan terhadap Tuhan kami yang dilakukan para pembenci itu
#Vier A. Leventa (GEMA Pembebasan Yogyakarta).
Hari itu telah menjadi jahanam bagi bumi. Langit dipermainkan benci yang bersemayam dalam diri para pengkhianat. Semesta merawung kehilangan keseimbangan. Keruntuhan sebuah institusi yang menjanjikan Firdaus itu telah terkubur ke dalam tanah lembab yang dalam. Segala makhluk pecinta surga menangis dalam bisu. Sedang pengkhianat terbahak dalam tertawaan semu.
Kami bukanlah seorang saksi, kami hanya anak sang sejarah, yang terlahir di antara puing-puing keserakahan, kesombongan, dan pengkhiantan itu. Kami telah berdialog dengan waktu yang berlalu. Dan kami mulai mengenal siapa mereka para pembenci, dan siapa pula para pecinta. Sekat keduanya, tabir itu sudah terburai menampakkan borok dan bebauan lainnya.
93 tahun yang lalu. Tepat 3 maret 1924. Secara de jure dan de facto, telah terjadi penghancuran menara, pedang, dan tameng suci kaum muslimin sedunia.
LAHIRNYA PENGKHIANATAN
Musthafa Kemal Pasha, lahir pada tahun 1881, di Salonika, Turki. Seorang turki yang di dalam dirinya mengalir darah seorang Psikopatis. Pembunuh berdarah dingin. Dia lahir dari keluarga yang sederhana. Tak ada yang istimewa memang. Tapi, dialah sang pelaku itu.
Merangkak dari kedalaman, menuju ke permukaan. Ia hadir untuk memimpin sebuah gerakan perubahan. Di satu sisi, ada kebanggaan padanya. Kecerdasan di atas normal yang ia miliki. Keinginan sekeras batu yang menancap di kepala dan hatinya. Kekuatan tekat dan pikirannya telah menembus ribuan kepala untuk berada dalam barisannya. Ia memimpin sebuah “Revolusi Jahanam", yang mematikan segala sendi Ke-Islaman yang berpusat di Utsmani atau sekarang lebih kita kenal dengan Turki.
Musthafa muncul melalui perjalanan yang panjang. Ia adalah anak yang keras kepala, soliter, dan penyendiri. Saat berumur 12 tahun ia dimasukkan oleh ibunya ke sekolah militer, dan sebelumnya ia sempat keluar dari sekolah karena dendamnya pada sang guru. Kemudian di sekolah militer inilah Musthafa mendapatkan dunianya. Sifatnya yang keras kepala, otaknya yang cerdas, dan kerja kerasnya membuat dia dapat menyelesaikan sekolah dengan baik, dan mulai mendapatkan pengaruhnya.
Beranjak dewasa, pada tahun 1905, Musthafa bergabung ke dalam sebuah organisasi yang bernama Vatan atau “Tanah air”. Organisasi ini sangat menentang kekuasaan Sultan Hamid II, sebab Sultan memberangus pemikiran liberal dan segala jenisnya, dan mereka sangat membenci perlakuan itu. Tidak lama bergabung, Musthafa menjadi pemimpin dalam organisasi ini.
Pada tahun 1918. Di akhir gejolak perang, Musthafa kembali menekuni kemiliteran, dan ia mulai mendapatkan pengaruh yang lebih besar. Hingga di penghujung perang dunia pertama, ia memimpin pasukan pertahanan Turki melawan sekutu, dan dapat mengalahkan Yunani. Ia semakin besar kepala, dan langkahnya menguasai Turki terbuka lebar. Ia digadang-gadang sebagai pahlawan nasional.
Tapi, kita tahu itu hanyalah permainan bangsa Eropa untuk menghancurkan Institusi Negara Utsmani.
Saat itu turki Utsmani memang sedang dalam keadaan terjepit, berada dalam kepungan kaum bar-bar yang sedang berebut kekuasaan dalam perang dunia pertama, antara tahun 1914-1918. Walau sebenarnya sebelum tahun-tahun itu, keadaan juga telah genting, sebab rongrongan dari beberapa wilayah Kesultanan lainnya yang ingin melepaskan diri mereka dari kepemimpinan terpusat Utsmani. Bisikan-bisikan nasionalisme, bisikan kesukuan dan kebangsaan telah menutup kuping mereka, hingga tuli dari kebenaran Kesatuan islam.
KEGONCANGAN MELANDA
Utsmani adalah sebuah institusi negara yang merangkul kaum muslimin sedunia dalam satu lingkaran yang kokoh. Menerapkan segala ajaran Islam ke dalam setiap lini kehidupan. Selama berabad-abad lamanya kepemimpinan ini menaungi dunia, bahkan hingga 2/3 dunia ada di bawahnya. Tanyakan pada sejarah, ia tak akan berbohong. Tak ada zaman yang seindah zaman itu. Adalah era saat Islam memimpin.
Tapi, memasuki abad-abad belakangan, keseimbangannya mulai goyah, kekuatan yang dimiliki oleh utsmani sulit untuk dipertahankan.
Abad ke 14, cikal bakal renaissans Eropa telah muncul di kota Florence, Italia, setelah sekian lama mereka terbenam dalam lautan kegelapan. Dan semangat itu kian hari kian menyebar hampir di setiap dataran eropa.
Hingga tercetuslah revolusi-revolusi di Eropa secara beruntut. Abad ke-18 dimulai dengan Revolusi Perancis di masa Napoleon Bonaparte. Lalu berlanjut dengan Revolusi Industri Inggris. Dan kemudian menjalar ke mana-mana di seluruh Eropa, hingga mereka mendapatkan bentuk baru dalam kehidupan.
Tatanan dunia baru telah tercipta.
Semangat renaissans telah merasuk ke dalam jiwa dan pikiran orang-orang Eropa. Kemenangan bagi kaum cendikia dan filosof atas kaum gerejawan. Abad kegelapan yang diduga karena kesalahan kaum rohaniawan gereja, dengan aturan mereka yang memenjarakan akal, berhasil ditembus hingga roboh. Akhirnya kerajaan akal yang dipimpin oleh dasar memisahkan agama dari kehidupan mengalir. Perlahan tapi pasti, Eropa mulai bangkit. Industri, teknologi, dan bermacam-macam paham lahir dan meledak di tengah-tengah masyarakat Eropa. Dan terjadilah hal ini sampai abad millennium baru. Abad ke 20.
Di saat yang sama, namun di sisi yang lain, Utsmani mulai kehilangan kendalinya. Paham-paham yang berkembang di dataran Eropa telah beredar di tengah masyarakat Islam. Mengorek-ngorek kepercayaan mereka. Hingga pada puncaknya di awal abad ke-20. Peluru itu menembus jantung kekuatan Islam di Turki Utsmani.
Turki Utsmani memang sempat menjadi sekutu Jerman pada perang dunia pertama. Namun, ini salah satu kesalahan besar yang dilakukan. Ikut sertanya Utsmani dalam perang, telah menambah beban. Di satu sisi penggerogotan paham yang terjadi di wilayah Utsmani telah menjadi virus. Pembangkangan wilayah yang ingin bediri sendiri, di Kairo, Baghdad, dan sekitarnya menambah kelemahan ini. Inggris dan Perancis membisikkan ayat-ayat setan mereka pada penguasa setempat untuk memisahkan diri.
Utsmani kocar kacir. Musthafa Kemal mengambil kesempatan emas ini. Naik ke atas podium, meniupkan hawa kebencian ke telinga rakyat Turki kepada Sultan Abdul Hamid II. Bahwa Sultan tak becus memimpin dengan segala institusinya. Kaum turki muda berada dalam barisan pemimpin revolusi jahanam ini.
Pada 1908 sebenarnya secara de jure saja, Khalifah Utsmani tak lagi berkuasa, beliau hanya menjadi pajangan dan tanda seremonial. Partai Turki Muda bersama komite persatuan dan kemajuan telah menurunkan jabatannya.
Baru pada tahun 1924, tepat tanggal 3 maret setelah Musthafa berhasil menjadi kepala Negara Republic Turki Sekuler, Institusi Negara Islam Utsmani secara De jure dan De Facto di hapuskan. Segala Undang-undang Islam dihapus dan diubah oleh Musthafa. Dan segala lini kehidupan terlepas dari hukum-hukum Islam.
Musthafa benar-benar adalah seorang sekularis-liberal yang laknat. Sultan Hamid II beserta keluarganya pun terusir ke Swiss.
Tapi, ini tidak berarti naiknya Musthafa dengan keridhoan kaum muslim. Tercatat selama pemerintahannya ia menyatakan keadaan perang sebanyak Sembilan kali. Jutaan penduduk Turki mengutuknya.
Di Kurdi, pada tahun 1926 terjadi pemberontakan bersenjata. Empat puluh enam kepala suku digantung di depan umum. Syaikh Said, pemimpin suku Kurdi, berkata sebelum eksekusi dirinya,
“Saya tidak punya kebencian kepada anda. Anda dan atasan anda, Musthafa Kemal, membenci Tuhan!! Kami harus menyelesaikan tanggung jawab kami di hadapan Tuhan pada Hari Pembalasan.”
Musthafa benar-benar telah menjadi pemimpin diktator “Revolusi Jahanam”, revolusi menggulingkan kekuasaan Islam yang sah. Terlaknatlah ia sepanjang masa. Tapi, sekeras-kerasnya Musthafa, sehebat-hebatnya ia yang bahkan dapat menghancurkan sebuah Isntitusi Negara Islam yang berdiri selama belasan abad, Musthafa tak akan bisa bersembunyi dari mati.
Ia pun mati pada sekitaran tahun 1938 karena radang hati, sebab terlampau banyak mengkonsumsi alkohol, dan ia juga sempat terkena penyakit kelamin, sebab perilaku seksnya yang menyimpang. Begitulah akhir sang pengkhinat semesta.
DENDAM INI HARUS DIPELIHARA
Dan sekarang, tunas-tunas kebangkitan telah mengakar ke setiap celah jiwa kami. Dendam yang membatu, dendam terhadap pengkhiatan kaum laknat. Perjuangan itu kembali bersemai bahkan hanya beberapa saat sejak runtuhnya institusi itu.
Di Negeri kita, Indonesia. Kebangkitan termutakhir itu sudah ada sejak tahun 1921. Dari tahun 1921-1941, Kaum muslim Indonesia telah melakukan 12 kali kongres, untuk menyikapi kondisi umat Islam, terutama adalah permasalahan runtuhnya Institusi Negara Islam Utsmani yang selama ini menaungi seluruh kaum muslim dunia. Bahkan pada tanggal 24-26 Desember 1924 dicetuskan sebuah wadah bernama Central Comitte Chilafat Islam, yang mengurusi permasalahan ini.
Selain itu, yang tercatat oleh sejarah adalah berdirinya partai Islam Masyumi. Di mana dalam diri masyumi, tergabung segala macam elemen, organisasi, ormas, dan partai kaum muslimin. Di antaranya adalah NU, Muhammadiyah, PII, PSII, Penjadar, Persis, dan lain-lain. Partai ini beranggotakan hingga jutaan orang. Partai inilah yang terus memperjuangkan tegaknya Islam beserta segala aturannya di bumi Allah.
Para tokoh di dalamnya yang berjuang sangat ikhlas untuk Islam. Sebut saja KH. Hasyim Asy'ari, Prawoto Mangkusasmito, M. Natsir, Buya Hamka, Muhammad Roem, dan kawan-kawan.
Walaupun akhirnya, sejarah juga mencatat perjuangan kaum muslimin yang ikhlas itu telah digagalkan pula oleh rezim orde pengkhinat, Soekarno. Presiden yang mengingkari janjinya. Berdusta atas nama Tuhan. Telah menjadikan negeri ini jauh dari Tuhan.
Dan kini kami berdiri di atas puing-puing sejarah itu. Dan kita lihat kini, dendam itu kian membatu. Membeku. Ingin menghantam sisa-sisa pengkhianatan.
Kini mulai bergema kembali kata Revolusi itu, bak serangan cahaya matahari di pagi hari yang buta. Tak akan bisa dicegah. Kami telah melihat sejarah pengkhinatan terhadap Tuhan kami yang dilakukan para pembenci itu
0 komentar:
Posting Komentar