Oleh Adi S. Soeswadi
[SELENGKAPNYA]
....
APBN tanpa hutang dengan solusi Islam
Setelah memahami begitu buruknya sistem ekonomi kapitalisme dalam penyusunan APBN dan akibat-akibatnya, maka tentu kita ingin mencari solusi yang membebaskan Indonesia dari hutang yang tiada akhir dan membebaskan rakyat dari beban pajak yang terus bertambah.
Allah SWT sebagai dzat pencipta manusia telah memberikan petunjuk Islam kepada manusia agar manusia bisa hidup bersama dengan penuh kebaikan dan kesejahteraan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka Islam diturunkan tidak hanya mengatur masalah ibadah, tetapi juga mengatur interaksi manusia, khususnya dalam masalah ekonomi dalam hidup bernegara. Jadi, bagaimana pandangan Islam ketika menyusun APBN ?
Perbedaan prinsip yang paling mendasar antara APBN kapitalisme dan APBN Islam adalah menyangkut sumber-sumber utama pendapatannya maupun alokasi pembelanjaannya. Sumber-sumber penerimaaan negara yang berdasar Islam, yang lebih dikenal denagan sebutan Kas Baitul Mal, sama sekali tidak mengandalkan dari sektor pajak. Bahkan negara sedapat mungkin tidak memungut pajak dari rakyatnya.
Sumber-sumber utama penerimaan Kas Baitul Mal seluruhnya telah digariskan oleh syariah Islam. Paling tidak ada tiga sumber utama, yaitu (a) Sektor kepemilikan individu, seperti: sedekah, hibah, zakat, dsb.
(b) Sektor kepemilikan umum, seperti pertambangan, minyak bumi, gas, batubara, kehutanan, dsb dan
(c) Sektor kepemilikan negara, seperti jizyah, kharaj, ghanimah, fa’I, ‘usyur, dsb. (Umar Fadhilah MM, Tribun Jabar 19 Juni 2011).
Berdasar prinsip Islam tersebut, tentu Indonesia tidak akan mengalami defisit anggaran APBN, karena kekayaan alamnya yang melimpah tentu akan mencukupi kebutuhan pengeluaran negara, sehingga Indonesia akan bebas dari kebutuhan hutang dan rakyat juga tidak akan dibebani pajak.
Kembali ke Sistem Islam
Sistem Islam adalah sistem terbaik untuk kehidupan manusia. Tapi, saat ini masalahnya adalah bagaimana membuka kesadaran kaum muslimin agar meninggalkan sistem kapitalisme yang telah terbukti buruk dan menyengsarakan. Umat harus diarahkan untuk kembali menggunakan sistem Islam yang dulu pernah diterapkan.
Harus dipahami pula, bahwa sistem ekonomi Islam tidak bisa diterapkan berdiri sendiri tanpa penerapan sistem Islam secara total dan menyeluruh dalam semua aspek kehidupan.
Disinilah pentingnya dakwah Islam yang berfungsi untuk membina, memahamkan dan mengajak umat agar mau bersama-sama berjuang demi tegaknya Islam dalam kehidupan. Tanpa itu, kita hanya baru sebatas bermimpi indah. Wallahu a’lam bi-showab
0 komentar:
Posting Komentar