Standar ganda HAM
Bagi anda penggiat HAM atau yang setuju dengan HAM mungkin akan protes pada judul diatas. Yang ada dalam pikiran, bukankah HAM itu untuk kebaikan manusia itu sendiri, jadi tidak seharusnya dipersepsikan negatif. Baiklah, mari kita kupas fakta yang ada, apakah HAM itu memang untuk kebaikan manusia.
Kalau kita menyaksikan acara ILC hari Selasa tgl 19 Desember 2017 yang membahas tentang LGBT, maka kita bisa melihat argumentasi dari pendukung LGBT salah satunya adalah HAM. Mereka menganggap orentasi seksual adalah hak setiap manusia sehingga harus dilindungi oleh undang-undang. Mereka mengabaikan data-data bahwa perilaku seksual menyimpang tersebut adalah penelularan yang paling efektif virus HIV-AIDS. Mereka juga mengabaikan bahwa setiap orang yang menganut LGBT akan selalu mencari mangsa orang yang normal untuk menjadi bagian dari kelompoknya. Sehingga begitu banyak korban akibat dari perilaku menympang tersebut.
Kenyataan yang merugikan tersebut tidak pernah dilihat dari sisi orang lain yang terkena penularan virus atau tertular perilaku menyimpang. Tidak ada HAM untuk mereka yang tertular dan telah dirugikan kehidupannya. Disinilah HAM mempunyai standar ganda, berpihak pada pelaku menyimpang, tapi tidak ada HAM untuk mereka yang dirugikan.
Mengapa hal itu bisa terjadi ? untuk menjawabnya, maka kita harus tahu terlebih dahulu, dari mana HAM berasal. HAM itu lahir dari sistem kapitalisme/liberalisme yang menganggap bahwa kehidupan manusia itu tidak perlu diatur oleh agama, oleh karena itu agama harus dijauhkan dari kehidupan. Atau bahasa kerennya adalah sekularisme. Dari prinsip tersebut maka manusia berhak mengatur dirinya sendiri, sehingga manusia mempunyai kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi.
Dengan alasan kebebasan pribadi itulah senantiasa orang membenarkan setiap ekspresi aktifitas hidupnnya. Padahal, aktifitas hidup manusia itu bisa berpengaruh kepada manusia yang lain.. Pengaruh buruk yang menimpa orang lain senantiasa diabaikan oleh mereka. Itu artinya dasar dari HAM adalah nafsu manusia, sehingga jika prinsip ini dibiarkan berkembang, maka masyarakat akan menerima akibat buruk dari perilaku-perilaku yang menyimpang.
Oleh karena itu, kalau kita ingin menciptakan masyaarkat yang baik dan terbebas dari pengaruh buruk, maka kita harus kembali pada aturan hidup yang telah ditetapkan oleh yang menciptakan manusia, yang mengetahui apa yang terbaik buat manusia. Dialah Allah SWT yang telah menyampaikan risalah Islam dengan perantaraan RasulNya yang mulia, Muhammad SAW.
Dalam Islam, tidak ada kebebasan yang mutlak. Islam mengatur bagaimana manusia berperilaku dalam kehidupan, sehingga berakibat baik buat dirinya dan orang lain. Semua yang telah ditetapkan bukan untuk mengekang kehidupan manusia, tetapi agar manusia berperilaku sesuai fitrahnya, sehingga terwujudlah masyarakat yang baik.
Tentu kita semua menginginkan kehidupan yang baik yang didukung oleh masyarakat yang baik juga. Tapi jika sistem kehidupan yang diterapkan itu buatan manusia, maka mustahil manusia bisa mendapatkan kehidupan diri dan masyarakatnya menjadi baik. Yang terjadi pasti kehidupan menjadi rusak di segala sisi kehidupan. Karena akal manusia itu lemah dan tidak bisa mengetahui hakekat yang terbaik buat dirinya.
Hanya satu harapan kita, yaitu mengembalikan kehidupan ini kembali kepada fitrahnya, yaitu kehidupan yang diatur oleh aturan dari Allah. Hanya itulah satu-satunya jalan agar kehidupan kita menjadi baik hingga terwujud masyarakat yang baik yang kita inginkan. Namun semua itu tidak bisa berubah begitu saja tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya, yaitu berjuang dengan ikhlas untuk kebaikan kehidupan semua manusia. Itulah dakwah Islam. Mari kita lakukan bersama-sama.
Bagi anda penggiat HAM atau yang setuju dengan HAM mungkin akan protes pada judul diatas. Yang ada dalam pikiran, bukankah HAM itu untuk kebaikan manusia itu sendiri, jadi tidak seharusnya dipersepsikan negatif. Baiklah, mari kita kupas fakta yang ada, apakah HAM itu memang untuk kebaikan manusia.
Kalau kita menyaksikan acara ILC hari Selasa tgl 19 Desember 2017 yang membahas tentang LGBT, maka kita bisa melihat argumentasi dari pendukung LGBT salah satunya adalah HAM. Mereka menganggap orentasi seksual adalah hak setiap manusia sehingga harus dilindungi oleh undang-undang. Mereka mengabaikan data-data bahwa perilaku seksual menyimpang tersebut adalah penelularan yang paling efektif virus HIV-AIDS. Mereka juga mengabaikan bahwa setiap orang yang menganut LGBT akan selalu mencari mangsa orang yang normal untuk menjadi bagian dari kelompoknya. Sehingga begitu banyak korban akibat dari perilaku menympang tersebut.
Kenyataan yang merugikan tersebut tidak pernah dilihat dari sisi orang lain yang terkena penularan virus atau tertular perilaku menyimpang. Tidak ada HAM untuk mereka yang tertular dan telah dirugikan kehidupannya. Disinilah HAM mempunyai standar ganda, berpihak pada pelaku menyimpang, tapi tidak ada HAM untuk mereka yang dirugikan.
Mengapa hal itu bisa terjadi ? untuk menjawabnya, maka kita harus tahu terlebih dahulu, dari mana HAM berasal. HAM itu lahir dari sistem kapitalisme/liberalisme yang menganggap bahwa kehidupan manusia itu tidak perlu diatur oleh agama, oleh karena itu agama harus dijauhkan dari kehidupan. Atau bahasa kerennya adalah sekularisme. Dari prinsip tersebut maka manusia berhak mengatur dirinya sendiri, sehingga manusia mempunyai kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi.
Dengan alasan kebebasan pribadi itulah senantiasa orang membenarkan setiap ekspresi aktifitas hidupnnya. Padahal, aktifitas hidup manusia itu bisa berpengaruh kepada manusia yang lain.. Pengaruh buruk yang menimpa orang lain senantiasa diabaikan oleh mereka. Itu artinya dasar dari HAM adalah nafsu manusia, sehingga jika prinsip ini dibiarkan berkembang, maka masyarakat akan menerima akibat buruk dari perilaku-perilaku yang menyimpang.
Oleh karena itu, kalau kita ingin menciptakan masyaarkat yang baik dan terbebas dari pengaruh buruk, maka kita harus kembali pada aturan hidup yang telah ditetapkan oleh yang menciptakan manusia, yang mengetahui apa yang terbaik buat manusia. Dialah Allah SWT yang telah menyampaikan risalah Islam dengan perantaraan RasulNya yang mulia, Muhammad SAW.
Dalam Islam, tidak ada kebebasan yang mutlak. Islam mengatur bagaimana manusia berperilaku dalam kehidupan, sehingga berakibat baik buat dirinya dan orang lain. Semua yang telah ditetapkan bukan untuk mengekang kehidupan manusia, tetapi agar manusia berperilaku sesuai fitrahnya, sehingga terwujudlah masyarakat yang baik.
Tentu kita semua menginginkan kehidupan yang baik yang didukung oleh masyarakat yang baik juga. Tapi jika sistem kehidupan yang diterapkan itu buatan manusia, maka mustahil manusia bisa mendapatkan kehidupan diri dan masyarakatnya menjadi baik. Yang terjadi pasti kehidupan menjadi rusak di segala sisi kehidupan. Karena akal manusia itu lemah dan tidak bisa mengetahui hakekat yang terbaik buat dirinya.
Hanya satu harapan kita, yaitu mengembalikan kehidupan ini kembali kepada fitrahnya, yaitu kehidupan yang diatur oleh aturan dari Allah. Hanya itulah satu-satunya jalan agar kehidupan kita menjadi baik hingga terwujud masyarakat yang baik yang kita inginkan. Namun semua itu tidak bisa berubah begitu saja tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya, yaitu berjuang dengan ikhlas untuk kebaikan kehidupan semua manusia. Itulah dakwah Islam. Mari kita lakukan bersama-sama.
0 komentar:
Posting Komentar