BELAJAR BAHASA ARAB
Topik 71:
Haniifan Musliman
Bismillahirrahmanirrahim
Para pembaca yang dirahmati Allah Subhanallahu wa ta'ala.
Kita seharusnya masuk ke Latihan ayat 3 surat An-Nashr.
Tapi sebelum kita masuk kesitu kita tambahkan sedikit contoh-contoh mengenai isim haal.
Singkat cerita:
Kira-kira beberapa tahun yang lalu, anak saya bertutur kepada saya tentang sekolah dan teman-temannya.
Salah satu yang dia sebutkan adalah bahwa dia punya teman namanya Hanifan (yang kadang kalau di-absen dilafadzkan oleh gurunya: Haniifan).
Waktu itu nama: Haniifan, agak asing ditelinga saya.
Kita biasa mendengar nama: Hanif (lurus).
Ada teman saya namanya Muhammad Hanif (Muhammad yang punya sifat Lurus).
Tapi, Haniifan?
Nah ini....
baru kali ini saya dengar. Waktu itu saya belum begitu mengerti dengan bahasa Arab.
Dalam hati saya hanya ingat: Hmmm... kata Haniifan, itu mungkin diambil dari doa Iftitah:
ูุฌูุช ูุฌูู ููุฐู ูุทุฑ ุงูุณู ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ุญูููุงً ู ุณูู ุงً
wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal-ardha haniifan musliman.
Waktu itu saya belum bisa meng-artikan teks bahasa Arab (sekarang masih belum juga sih, tapi alhamdulillah sudah bisa dikit-dikit ngeraba-raba ding...) hehe.
Kala itu saya hanya hafal ejaan (latin)nya.
Kalau disuruh nulis Arabnya, weleh saat itu pasti gak bisa deh.
Nah, beberapa waktu yang lalu setelah membaca tentang isim haal, dan ciri-cirinya maka saya sekarang jadi faham, bahwa Haniifan dan Musliman itu adalah isim haal.
Jadi jika diartikan secara letterlijk:
ูุฌูุช
wajjahtu : aku menghadapkan
ูุฌูู
wajhiya: wajahku
ููุฐู
lil ladzi: kepada Zat yang
ูุทุฑ
fathara: telah menciptakan
ุงูุณู ุงูุงุช
as-samaawaati: banyak langit
ู
wa: dan
ุงูุฃุฑุถ
al-ardha: bumi
ุญูููุงً
haniifan: dalam keadaan lurus
ู ุณูู ุง
musliman: dalam keadaan berserah diri (muslim)
Aku menghadapkan wajahku kepada Zat yang telah menciptakan banyak lagit dan bumi dalam keadaan lurus (lagi) berserah diri.
Nah, terlihat dari Doa Iftitah diatas, bahwa kata Haniifan, adalah isim haal (kata keterangan).
Kata Haniifan (dalam keadaan lurus) itu dinisbatkan kepada "Aku".
Demikian juga kata Musliman (dalam keadaan berserah diri), juga dinisbatkan kepada "Aku".
Artinya kedua kata tersebut menjelaskan kondisi "Aku" sewaktu menghadapkan "wajahku" kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala.
Lihat bahwa ciri-ciri isim haal terpenuhi dimana, yang tampak jelas:
dua kata tersebut harokat akhir fathatain (plus ada tambahan alif diakhir),
dan juga jika kata itu dibuang maka kalimatnya tetap menjadi kalimat sempurna (ada fi'il+fa'il, atau ada mubtada+khobar).
"Ooo... Nama anak itu bukan Hanif, tapi Haniifan, itu mungkin maksud orang tuanya, agar anaknya itu senantiasa dalam kondisi yang lurus", begitu gumam saya dalam hati.
Penekanannya adalah "dalam kondisi", karena itu isim haal.
"Hmm... pasti bapaknya jago bahasa Arab", kata saya.
Sebagai penutup kita ambil contoh dalam Al-Quran yaitu kata WAHN (Lemah)
ููู
wahnun atau wahn adalah kata sifat (isim shifat) yang artinya lemah.
Di Al-Quran diperintahkan agar manusia menghormati dan berbuat baik kepada Ibu & Bapak.
Ibu kita telah mengandung dalam keadaan "wahnan 'alaa wahnin" - lemah diatas lemah (lemah yang super).
ุญู ูุชู ุฃู ู ูููุง ุนูู ِููู
hamalat hu ummuhu wahnan 'alaa wahnin
hamalat: Dia (ibu) telah mengandung (manusia)
wahnan : dalam keadaan lemah
'alaa wahnin: diatas lemah
Sekali lagi terlihat bahwa kata wahnan diatas, ada tambahan alif dan harokat akhir fathhatain, maka dapat "dipastikan" ini adalah isim haal (kata keterangan terhadap kondisi si Ibu pada saat hamil).
Demikian telah kita tuntaskan pembahasan mengenai isim haal ini.
In syaa Allah kita lanjutkan dengan Latihan surat An-Nashr kembali.
Rafdian Rasyid di 1/09/2008
*
๐ข *Re-Published_file;mh.
Pamekasan, Nopember*Selasa~14, 2017 ๐ 08:00 Wib.
Silahkan bergabung di grup Whatsapp dan Telegram
BELAJAR BARENG BAHASA ARAB
๐ ๐๐๐ ๐
Sumber penulisan:
Powered by Blogger. Oleh: Rafdian Rasyid
Topik 71:
Haniifan Musliman
Bismillahirrahmanirrahim
Para pembaca yang dirahmati Allah Subhanallahu wa ta'ala.
Kita seharusnya masuk ke Latihan ayat 3 surat An-Nashr.
Tapi sebelum kita masuk kesitu kita tambahkan sedikit contoh-contoh mengenai isim haal.
Singkat cerita:
Kira-kira beberapa tahun yang lalu, anak saya bertutur kepada saya tentang sekolah dan teman-temannya.
Salah satu yang dia sebutkan adalah bahwa dia punya teman namanya Hanifan (yang kadang kalau di-absen dilafadzkan oleh gurunya: Haniifan).
Waktu itu nama: Haniifan, agak asing ditelinga saya.
Kita biasa mendengar nama: Hanif (lurus).
Ada teman saya namanya Muhammad Hanif (Muhammad yang punya sifat Lurus).
Tapi, Haniifan?
Nah ini....
baru kali ini saya dengar. Waktu itu saya belum begitu mengerti dengan bahasa Arab.
Dalam hati saya hanya ingat: Hmmm... kata Haniifan, itu mungkin diambil dari doa Iftitah:
ูุฌูุช ูุฌูู ููุฐู ูุทุฑ ุงูุณู ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ุญูููุงً ู ุณูู ุงً
wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal-ardha haniifan musliman.
Waktu itu saya belum bisa meng-artikan teks bahasa Arab (sekarang masih belum juga sih, tapi alhamdulillah sudah bisa dikit-dikit ngeraba-raba ding...) hehe.
Kala itu saya hanya hafal ejaan (latin)nya.
Kalau disuruh nulis Arabnya, weleh saat itu pasti gak bisa deh.
Nah, beberapa waktu yang lalu setelah membaca tentang isim haal, dan ciri-cirinya maka saya sekarang jadi faham, bahwa Haniifan dan Musliman itu adalah isim haal.
Jadi jika diartikan secara letterlijk:
ูุฌูุช
wajjahtu : aku menghadapkan
ูุฌูู
wajhiya: wajahku
ููุฐู
lil ladzi: kepada Zat yang
ูุทุฑ
fathara: telah menciptakan
ุงูุณู ุงูุงุช
as-samaawaati: banyak langit
ู
wa: dan
ุงูุฃุฑุถ
al-ardha: bumi
ุญูููุงً
haniifan: dalam keadaan lurus
ู ุณูู ุง
musliman: dalam keadaan berserah diri (muslim)
Aku menghadapkan wajahku kepada Zat yang telah menciptakan banyak lagit dan bumi dalam keadaan lurus (lagi) berserah diri.
Nah, terlihat dari Doa Iftitah diatas, bahwa kata Haniifan, adalah isim haal (kata keterangan).
Kata Haniifan (dalam keadaan lurus) itu dinisbatkan kepada "Aku".
Demikian juga kata Musliman (dalam keadaan berserah diri), juga dinisbatkan kepada "Aku".
Artinya kedua kata tersebut menjelaskan kondisi "Aku" sewaktu menghadapkan "wajahku" kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala.
Lihat bahwa ciri-ciri isim haal terpenuhi dimana, yang tampak jelas:
dua kata tersebut harokat akhir fathatain (plus ada tambahan alif diakhir),
dan juga jika kata itu dibuang maka kalimatnya tetap menjadi kalimat sempurna (ada fi'il+fa'il, atau ada mubtada+khobar).
"Ooo... Nama anak itu bukan Hanif, tapi Haniifan, itu mungkin maksud orang tuanya, agar anaknya itu senantiasa dalam kondisi yang lurus", begitu gumam saya dalam hati.
Penekanannya adalah "dalam kondisi", karena itu isim haal.
"Hmm... pasti bapaknya jago bahasa Arab", kata saya.
Sebagai penutup kita ambil contoh dalam Al-Quran yaitu kata WAHN (Lemah)
ููู
wahnun atau wahn adalah kata sifat (isim shifat) yang artinya lemah.
Di Al-Quran diperintahkan agar manusia menghormati dan berbuat baik kepada Ibu & Bapak.
Ibu kita telah mengandung dalam keadaan "wahnan 'alaa wahnin" - lemah diatas lemah (lemah yang super).
ุญู ูุชู ุฃู ู ูููุง ุนูู ِููู
hamalat hu ummuhu wahnan 'alaa wahnin
hamalat: Dia (ibu) telah mengandung (manusia)
wahnan : dalam keadaan lemah
'alaa wahnin: diatas lemah
Sekali lagi terlihat bahwa kata wahnan diatas, ada tambahan alif dan harokat akhir fathhatain, maka dapat "dipastikan" ini adalah isim haal (kata keterangan terhadap kondisi si Ibu pada saat hamil).
Demikian telah kita tuntaskan pembahasan mengenai isim haal ini.
In syaa Allah kita lanjutkan dengan Latihan surat An-Nashr kembali.
Rafdian Rasyid di 1/09/2008
*
๐ข *Re-Published_file;mh.
Pamekasan, Nopember*Selasa~14, 2017 ๐ 08:00 Wib.
Silahkan bergabung di grup Whatsapp dan Telegram
BELAJAR BARENG BAHASA ARAB
๐ ๐๐๐ ๐
Sumber penulisan:
Powered by Blogger. Oleh: Rafdian Rasyid
0 komentar:
Posting Komentar