heri baskoro:
[Photo]
Menjual Banjir untuk Kepentingan Politik Itu Cetek Banget, Sob!
Oleh: @jonru
Sejak kapankah banjir dijadikan sebagai komoditas politik?
Sepanjang ingatan saya, semuanya berawal dari ucapan seorang walikota Solo, "Kayaknya enggak susah-susah amat mengatasi banjir Jakarta."
Lantas setelah Sang Walikota terpilih jadi Gubernur DKI, muncullah komoditas politik berikutnya, "Banjir Jakarta akan bisa diatasi jika saya jadi presiden."
Setelah Sang Gubernur menjadi Presiden dan wagubnya menjadi Gubernur, maka muncullah beragam komoditas politik lainnya, seperti:
"Jakarta bebas banjir berkat si Nganu."
"Mana nih banjirnya? Kangen gue."
"Beberapa hari ini hujan melulu, tapi kok kagak banjir, ya? Ini pasti berkat Pak Nganu. Terima kasih Pak Nganu."
NAMUN ALANGKAH!
Kesombongan mereka dibalas dengan SANGAT SEGERA oleh Allah. Tiba-tiba banjir bandang menyerbu Jakarta.
Lalu ada orang yang mengkritik kesombongan dan sesumbar mereka tersebut.
Anehnya, mereka yang selama ini terbiasa menjadikan banjir sebagai komoditas politik, KOK JUSTRU berujar dengan SANGAT SOK IMUT:
"Sori ya, om. Kami tidak suka menjadikan banjir sebagai komoditas politik."
HAHAHA... DASAR MALING TERIAK MALING !!!
Bahkan ketika banyak lembaga yang membantu korban banjir, si "penjual banjir" tadi justru nyinyir dan berkata, "Yang bikin posko-posko banjir itu cetek banget sob."
Padahal merekalah yang justru CETEK BANGET SOB. Merekalah yang selama ini menjual banjir sebagai komoditas politik.
Bahkan KONYOLNYA, mereka sama sekali tidak pernah terlihat di lokasi-lokasi banjir. Mereka tidak pernah sekalipun membantu para korban banjir.
Justru, lembaga-lembaga yang selama ini mereka caci-maki seperti FPI dan PKS, justru selalu tampil terdepan setiap kali bencana banjir datang.
Jadi siapa yang sebenarnya cetek banget, sob?
Jakarta, 21 Februari 2017
[Photo]
Menjual Banjir untuk Kepentingan Politik Itu Cetek Banget, Sob!
Oleh: @jonru
Sejak kapankah banjir dijadikan sebagai komoditas politik?
Sepanjang ingatan saya, semuanya berawal dari ucapan seorang walikota Solo, "Kayaknya enggak susah-susah amat mengatasi banjir Jakarta."
Lantas setelah Sang Walikota terpilih jadi Gubernur DKI, muncullah komoditas politik berikutnya, "Banjir Jakarta akan bisa diatasi jika saya jadi presiden."
Setelah Sang Gubernur menjadi Presiden dan wagubnya menjadi Gubernur, maka muncullah beragam komoditas politik lainnya, seperti:
"Jakarta bebas banjir berkat si Nganu."
"Mana nih banjirnya? Kangen gue."
"Beberapa hari ini hujan melulu, tapi kok kagak banjir, ya? Ini pasti berkat Pak Nganu. Terima kasih Pak Nganu."
NAMUN ALANGKAH!
Kesombongan mereka dibalas dengan SANGAT SEGERA oleh Allah. Tiba-tiba banjir bandang menyerbu Jakarta.
Lalu ada orang yang mengkritik kesombongan dan sesumbar mereka tersebut.
Anehnya, mereka yang selama ini terbiasa menjadikan banjir sebagai komoditas politik, KOK JUSTRU berujar dengan SANGAT SOK IMUT:
"Sori ya, om. Kami tidak suka menjadikan banjir sebagai komoditas politik."
HAHAHA... DASAR MALING TERIAK MALING !!!
Bahkan ketika banyak lembaga yang membantu korban banjir, si "penjual banjir" tadi justru nyinyir dan berkata, "Yang bikin posko-posko banjir itu cetek banget sob."
Padahal merekalah yang justru CETEK BANGET SOB. Merekalah yang selama ini menjual banjir sebagai komoditas politik.
Bahkan KONYOLNYA, mereka sama sekali tidak pernah terlihat di lokasi-lokasi banjir. Mereka tidak pernah sekalipun membantu para korban banjir.
Justru, lembaga-lembaga yang selama ini mereka caci-maki seperti FPI dan PKS, justru selalu tampil terdepan setiap kali bencana banjir datang.
Jadi siapa yang sebenarnya cetek banget, sob?
Jakarta, 21 Februari 2017
0 komentar:
Posting Komentar