*2017: Indonesia, Masihkah Malang Nasibmu?*
Oleh _Panji A. Prayogo_
(Aktifis Gema Pembebasan Surabaya)
Jarum jam dinding terus berputar, menunggu saat-saat yang digandrungi para manusia seantero jagad. Ya, itulah perayaan malam tahun. Dentuman petasan dan percikan sinarnya yang menerangi gelapnya malam. Membuat para insan memanjatkan harapan untuk tahun-tahun berikutnya. Om Telolet Om, menambah ragamnya terompet dan hingar bingarnya malam pada aktifitas ini. Namun perlu kita cermati, patutkah kita turut bergembira menyambut hari itu? Sedangkan problem yang menimpa terus membuat pilu, pasalnya tahun demi tahun, perayaan demi perayaan. Tak sedikitpun perubahan yang nmpak, justru bahkan melumat negeri ini menjadi bongkahan layaknya bongkahan petasan yang telah meledak.
Perayaan tahun baru yang sudah tentu kebiasaan kaum kuffar telah melenakan para pemuda. Menjelang perayaan ini, _Penjualan kondom dan pil KB meningkat disejumlah apotik dan mini market, 20-25 kotak kondom terjual dalam waktu semalam_(JPNN.COM). Belum lagi peredaran miras dan narkoba sudah seperti barang halal yg mudah sekali didapatkan, pergaulan yang extra bebas, tak ada aturan yang mengikatnya, menambah kenikmatan para pemuda. Maka layak jika pemuda ini TELER, tak mampu berfikir untuk dirinya sndiri, apalagi memikirkan kondisi negeri. Hal yang demikian sudah merupakan desain para negeri penjajah. Melemahkan yang muda dan,pecah belah Islamnya, jejali uang dan jabatan penguasanya, dan jarah habis sumber dayanya.
2016, menyisahkan isak tangis bagi kita. Negeri yang kita cinta menjadi pijakan aseng yang jumlahnya puluhan ribu. Bahkan, _Pekerja Aseng ini memiliki gaji yang lebih tinggi dari pekerja lokal_ (Jawa Pos) . munculnya baju,logo, dan segala pernak pernik palu arit menandakan mulai beraninya KOMUNIS menampakkan diri. Penguasaan sektor Industri, tambang,properti oleh asing, dan juga mandulnya hukum negeri ini yang melengkapi jajaran penderitaan Indonesia. Kemudian mengantarkan Indonesia dalam kondisi TERANCAM. Bahkan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, telah memprediksi kawasan-kawasan yang nantinya akan dikuasai oleh asing ketika Indonesia BUBAR. (Tribun.news) tentu ungkapan panglima ini tidak sembarangan. Hal ini atas pengamatan dan perhitungan yang akurat melihat kondisi yang menimpa ini. Belum lagi kondisi saudara-saudara kita yang ada di Aleppo dan rohingnya. Alih-alih menolong, melihat saja tidak, karena terbutakan oleh nikmatnya tahun baru dan asas Nasionalisme.
Lalu dimanakah Bhineka Tinggal Ika? Apakah teriakan itu hanya untuk pengemban ideologi ISLAM, sedangkan fakta kerusakan yang sudah nyata akan memecah belah indonesia tak kau jejali seruan Bhineka Tunggal IKA ??
Mari kita pikirkan dengan akal sehat, sejatinya kondisi yang menimpa itu, bukan karena ISLAM, justru adanya DEMOKRASI yang menumbuhkan asas sekularisme dan kapitalismelah yang melanggengkan kondisi yang demikian. Munculnya UU Liberal yang syarat akan kepentingan para pemodal, bukti nyata bahwa hukum ini bukan untuk umat, namun para penguasa dan tuannya. Demokrasi yang memunculkan HAM, memunculkan pula penistaan agama yang sampai saat ini lamban penanganannya, kelakuan pemuda yang jauh dri norma agama, menambah sesak dalam dada. Maka CUKUP CUKUP dan CUKUP!!! 2017, Indonesia akan tetap malang jika masih mempertahankan demokrasi bobrok ini.
Mari kita kembali dalam islam, sebuah aturan hidup yang berasal dari sang pemberi Hidup, yang nantinya akan menjamin segala kelangsungan hidup ini.
Islam datang tidak hanya melarang ucapan natal dan perayaan tahun baru, namun mengatur bagaimana sikap kita dalam menghadapi moment itu, Islam hadir ditengah-tengah manusia membawa seperangkat aturan dariNya untuk kita jalankan sebagai hambaNya. Segala sektor di negeri ini akan aman dan berjalan dengan baik untuk umat karena dikembalikan kepada pemegang hukum tertinggi yaitu ALLAH SWT, yang lebih mengetahui manusia lebih dari yang lainnya. Maka wahai umat islam, satukan langkah kita, hentikan segala penjajahan, kembalilah pada islam yang mulia, karena 2017 indonesia jangan lagi malang, namun harus menggapai kemenangan, dengan syari'ah dan khilafah
0 komentar:
Posting Komentar